Kualitas Udara Thailand Diproyeksi Memburuk Pekan Depan

- Periode Senin hingga Sabtu disebut sebagai fase rawan lantaran sirkulasi udara diperkirakan tertutup dan stagnan.
- Kondisi berangin pada beberapa hari memang mungkin terjadi, namun ventilasi tetap buruk sehingga debu mudah terperangkap.
- Menteri Pendidikan meminta seluruh sekolah di Thailand segera menerapkan protokol darurat untuk mengurangi paparan debu halus PM2.5 pada siswa.
- Aktivitas luar ruangan di zona oranye hingga merah harus dihentikan dan pemakaian masker diwajibkan sepanjang waktu.
Jakarta, IDN Times – Warga Bangkok mulai diminta bersiap menghadapi potensi lonjakan debu berbahaya pada pekan depan, sementara kondisi udara saat ini masih terjaga bersih. Menurut data Pusat Informasi Kualitas Udara Bangkok, kualitas udara tetap stabil pada Jumat (5/12/2025) pagi. Rata-rata PM2.5 selama 24 jam tercatat berada di rentang 12,5–29,4 mikrogram per meter kubik dan angka itu masih jauh di bawah ambang aman 37,5 mikrogram.
Hampir seluruh stasiun pemantau di kota tersebut masih menandai kualitas udara kategori baik. Meski begitu, prakiraan cuaca mulai menggambarkan potensi gangguan besar. Lonjakan polusi diproyeksikan terjadi mulai minggu depan.
1. Prediksi cuaca menahan debu di permukaan

Dilansir dari The Nation, periode Senin (8/12/2025) hingga Sabtu (13/12/2025) disebut sebagai fase rawan lantaran sirkulasi udara diperkirakan tertutup dan stagnan. Kondisi berangin pada beberapa hari memang mungkin terjadi, namun ventilasi tetap buruk sehingga debu mudah terperangkap. Dampaknya, kadar PM2.5 berpotensi meningkat ke level sedang hingga tinggi. Hari Sabtu (6/12/2025) dan Minggu (7/12/2025) masih dinilai aman karena peluang hujan serta langit yang lebih terbuka diyakini membantu meredakan polusi.
Satelit Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) tak menemukan titik panas di sekitar Bangkok. Lonjakan polusi kali ini murni bersumber dari emisi kendaraan kota dan kondisi udara yang mengurung debu. Asap lintas batas dari kebakaran lahan tak muncul dalam pemantauan.
Setiap musim dingin, angka PM2.5 di Bangkok cenderung melonjak pada periode Desember hingga Maret. Tiga faktor utama kerap menjadi pemicu. Udara dingin memerangkap polutan, mesin diesel tua menambah beban emisi, sementara pembakaran biomassa dari wilayah sekitar mudah terbawa ke pusat kota. Bila ketiganya muncul bersamaan, kadar PM2.5 bisa menyentuh 90 mikrogram per meter kubik, sedangkan dua faktor saja sudah mampu mendorongnya naik ke kisaran 60 mikrogram per meter kubik.
2. Instruksi kementerian menaikkan kewaspadaan sekolah

Dilansir dari Bangkok Post, Menteri Pendidikan Narumon Pinyosinwat meminta seluruh sekolah di Thailand segera menerapkan protokol darurat untuk mengurangi paparan debu halus PM2.5 pada siswa. Setiap institusi pendidikan diminta memantau angka PM2.5 secara langsung pada setiap wilayah. Aktivitas luar ruangan di zona oranye hingga merah harus dihentikan dan pemakaian masker diwajibkan sepanjang waktu.
Narumon menyampaikan agar pengelola sekolah lebih waspada menjaga kesehatan komunitas, mengurangi paparan luar ruangan, dan memastikan seluruh warga sekolah memakai masker yang mampu menyaring PM2.5. Dia juga meminta sekolah mengikuti pedoman kementerian serta mencari bantuan instansi lokal bila diperlukan.
3. Upaya BMA menggerakkan warga kurangi polusi

Dinas Lingkungan Hidup Administrasi Metropolitan Bangkok (BMA) mengarahkan setiap unit terkait untuk kembali mengaktifkan rencana penanganan PM2.5. Kebijakan kerja dari rumah juga diperluas agar dampaknya terhadap warga bisa ditekan.
BMA mengajak masyarakat terlibat lewat kampanye “5 Cara Anda Bisa Kurangi Debu”. Lima langkah yang dianjurkan mencakup membersihkan debu di rumah, tak membakar sampah atau dupa, menanam pohon, memakai transportasi umum, serta mematikan mesin ketika berhenti. Pemeriksaan kendaraan tetap ditekankan agar emisi asap hitam memenuhi standar.















