Donald Trump Disebut Akan Tekan Iran soal Kesepakatan Nuklir Baru

- Donald Trump siapkan strategi baru tekan Iran secara ekonomi
- AS fokus lemahkan pendapatan minyak Iran untuk hentikan program nuklir dan pengaruh politik di Timur Tengah
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, dilaporkan tengah mempersiapkan strategi baru untuk menekan Iran secara ekonomi, guna memaksanya kembali ke meja perundingan terkait kesepakatan nuklir.
Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari pendekatan 'tekanan maksimum' yang sebelumnya digunakan selama masa kepresidenannya.
Dilansir ANTARA dari Financial Times, Minggu (17/11/2024), sumber terpercaya menyebut tekanan ekonomi tersebut difokuskan pada sektor minyak, komoditas utama yang menjadi tulang punggung perekonomian Iran.
1. AS harap Iran kehilangan kemampuan finansial

Dengan melemahkan pendapatan minyak, AS berharap Iran kehilangan kemampuan finansial untuk mendanai proksi-proksi regional, program senjata nuklir, dan upaya memperluas pengaruh politiknya di kawasan Timur Tengah.
Kesepakatan nuklir Iran yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015 oleh Iran bersama Inggris, Jerman, China, Rusia, Prancis, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Perjanjian ini bertujuan membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Namun, pada 2018, di bawah kepemimpinan Trump, AS menarik diri dari JCPOA dan memberlakukan kembali sanksi berat terhadap Iran. Langkah tersebut memicu Iran untuk menghentikan sebagian besar kewajibannya dalam perjanjian tersebut, termasuk meningkatkan pengayaan uranium di luar batas yang disepakati.
2. Tekanan maksimum akan jadi senjata utama Trump hadapi Iran

Sumber Financial Times menyebut, kebijakan tekanan maksimum akan kembali menjadi senjata utama Trump dalam menghadapi Iran.
Strategi ini bertujuan untuk membuat perekonomian Iran runtuh sehingga pemimpinnya tidak punya pilihan selain kembali ke meja perundingan dan menyepakati kesepakatan baru yang lebih ketat.
3. Iran siap kembali ke kesepakatan nuklir

Teheran sendiri menunjukkan sikap terbuka terhadap negosiasi, tetapoi dengan syarat. Juru Bicara Badan Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan, Iran siap melanjutkan komitmennya terhadap JCPOA.
Meski demikian, hal itu dinilai bisa memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan. Kebijakan tekanan ekonomi yang diterapkan selama masa kepresidenan pertamanya justru dianggap meningkatkan permusuhan antara Iran dan AS, serta mendorong Iran semakin mendekatkan diri dengan negara-negara seperti Rusia dan China.