Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Malta Pikul Tanggung Jawab Atas Pembunuhan Jurnalis

Bunga dan lilin yang diletakkan di depan foto Daphne Caruana Galizia, seorang jurnalis yang dibunuh pada 2017. (Twitter.com/repubblika #JusticeForDaphne)

Valletta, IDN Times - Kematian Daphne Caruana Galizia, seorang jurnalis investigasi Malta yang dibunuh dengan serangan bom mobil pada Oktober 2017 telah memicu penyelidikan khusus. Hasil laporan penyelidikan setebal 437 halaman yang dirilis pada hari Kamis (29/7/2021) menunjukkan bahwa negara bertanggung jawab atas kematiannya karena gagal melindungi jurnalis.

1. Pekerjaan korban sebagai jurnalis dikaitkan sebagai pembunuhan

ilustrasi Ilmu Komunikasi (IDN TImes/Arief Rahmat)

Hasil penyelidikan yang dirilis mengungkap bahwa pembunuhan Caruana Galizia dikaitkan dengan pekerjaannya sebagai jurnalis investigasi. Caruana Galizia telah mengungkap skandal jaringan korupsi di dalam dan luar negeri. Selama 30 tahun menjadi jurnalis, dia sering menuduh politisi Malta dan pejabat lainnya melakukan korupsi.

Dia adalah seorang kritikus keras pemerintah. Pada tahun 2017 dia secara efektif memicu pemilihan awal setelah memimpin penyelidikan Panama Papers, yang mengungkap skandal korupsi pejabat di Malta dan penghindaran pajak para pengusaha kaya.

Dilansir The Independent, sehari setelah pembunuhan itu, putranya Matthew, yang juga seorang jurnalis, dia menyampaikan bahwa pembunuhan ini bukan pembunuhan biasa dan saat ini para jurnalis sedang berperang melawan negara dan kejahatan terorganisir, yang keduanya sulit untuk dibedakan.

Terkait kasus ini para hakim yang melakukan penyelidikan menyerukan tindakan segera untuk mengatur hubungan antara politisi dan bisnis besar. Pemerintah diharapkan segera memperbaiki undang-undang dan melindungi jurnalis di Malta dengan lebih baik.

Perdana Menteri Malta, Robert Abela, mengatakan tentang laporan yang diterbitkannya bahwa dari laporan itu ada pelajaran yang bisa diambil dan meminta reformasi terus dilanjutkan dengan tekad yang lebih besar.

2. Pemerintah dianggap telah menciptakan impunitas hukum

Orang-orang di Valletta, Malta pada 29 Juli 2021, saat melakukan protes terhadap impunitas hukum, yang menyebabkan kematian Daphne Caruana Galizia, seorang jurnalis investigasi. (Twitter.com/repubblika #JusticeForDaphne)

Dilansir The Guardian, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa budaya impunitas hukum yang diciptakan oleh eselon kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan saat itu telah mengakibatkan runtuhnya supremasi hukum, sehingga gagal melindungi jurnalis dari pekerjaanya.

Penyelidikan itu membuat Joseph Muscat yang menjabat sebagai perdana menteri mengundurkan diri pada Desember 2019 setelah penangkapan pengusaha Yorgen Fenech, yang memiliki hubungan dekat dengan Muscat, menteri, dan polisi senior. Fenech dituduh mendalangi pembunuhan. Muscat merespon laporan itu, dia melalui Facebook menegaskan bahwa tidak terlibat dalam kasus pembunuhan dan negara tidak tahu adanya potensi pembunuhan.

Laporan itu mengaitkan tanggung jawab tidak langsung kepada Muscat atas keadaan yang mengarah pada pembunuhan, dia dianggap gagal bertindak melawan kepala stafnya, Keith Schembri, dan mantan menteri energi Konrad Mizzi atas perusahaan rahasia mereka, yang terungkap dalam skandal Panama Papers, dan dugaan hubungan mereka dengan 17 Black, sebuah perusahaan rahasia milik Fenech.

Laporan menunjukkan bahwa keputusan Muscat telah memperkuat budaya impunitas hukum terhadap orang-orang yang namanya diungkap Caruana Galizia terlibat dalam skandal tersebut. Keluarga Caruana Galizia juga yakin akibat langsung dari runtuhnya supremasi hukum dan impunitas yang diberikan negara telah menyebabakan pembunuhan itu dan supremasi hukum bisa dipulihkan.

Repubblika, kelompok aturan hukum yang mengadakan protes publik setiap hari menjelang pengunduran diri Muscat kembali melakukan protes di luar kantor perdana menteri pada hari Kamis.

3. Mereka yang didakwa terlibat dalam pembunuhan

Ilustrasi palu pengadilan. (Pixabay.com/Daniel_B_photos)

Dilansir BBC, pembunuhan terhadap Caruana Galizia yang meninggal dalam serangan bom mobil di dekat rumahnya pada Oktober 2017, sejauh ini hanya segelintir orang yang telah didakwa terlibat dalam pembunuhan.

Tiga pelaku yang melakukan serangan bom mobil itu telah ditangkap. Pada bulan Februari pengadilan telah memutuskan bahwa satu dari tiga pria yang dituduh membunuh Caruana Galizia telah mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman dipenjara selama 15 tahun. Sedangkan yang lainnya belum diadili.

Pengusaha Malta Fenech, juga telah didakwa dengan keterlibatan atas pembunuhan, yang tuduhan itu dibantahnya. Dia ditangkap pada November 2019 ketika dia mencoba berlayar dari Malta dengan kapal pesiar, dan sekarang sedang menunggu persidangan.

Orang yang mengaku dirinya telah menjadi saksi negara telah diberikan pengampunan. Sementara Muscat, Schembri, dan Mizzi tidak menghadapi tuduhan apa pun terkait dengan pembunuhan Caruana Galizia dan secara terbuka telah membantah terlibat. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us