Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Investasi Indonesia-Rusia Belum Signifikan, KADIN: Potensinya Besar

Ketua Komite Bilateral Rusia-Belarus KADIN, Didit Ratam, dalam Russia-Indonesia Business Forum di Jakarta, Senin (14/4/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Ketua Komite Bilateral Rusia-Belarus KADIN, Didit Ratam, dalam Russia-Indonesia Business Forum di Jakarta, Senin (14/4/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Intinya sih...
  • KADIN melihat investasi Indonesia-Rusia masih belum signifikan
  • Pemerintah Indonesia fokus pada sektor pangan, energi, dan air

Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Rusia terus bertumbuh. Namun, Kamar Dagang Indonesia (KADIN) melihat investasi di antara kedua negara masih belum signifikan.

"Hubungan ekonomi adalah salah satu yang paling penting yang kami pikir akan meningkatkan perdagangan kita dari 4 miliar dolar AS saat ini, ke angka yang lebih tinggi. Namun, aspek lainnya adalah investasi antara kedua negara belum signifikan," kata Ketua Komite Bilateral Rusia-Belarus KADIN, Didit Ratam, dalam Russia-Indonesia Business Forum di Jakarta, Senin (14/4/2025).

Didit menuturkan, saat ini hubungan Indonesia dan Rusia dalam posisi yang sangat baik. Karenanya, ini momentum tepat untuk meningkatkan angka perdagangan dan investasi yang lebih tinggi lagi.

1. Tiga fokus utama Indonesia di kerja sama ekonomi

Russia-Indonesia Business Forum di Jakarta, Senin (14/4/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Russia-Indonesia Business Forum di Jakarta, Senin (14/4/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Didit mengungkapkan, pemerintah Indonesia saat ini memiliki tiga fokus utama yang menjadi sektor potensial dalam kerja sama ekonomi.

"Pertama pangan, kedua energi dan ketiga air. Namun, pemikiran di balik semua ini adalah mengamankan kebutuhan dasar penduduk," kata Didit.

Ia menyarankan, di bidang pangan, Rusia memiliki pengalaman dalam teknologi. Didit menuturkan, pemerintah Indonesia bertujuan untuk menjadi pusat pangan yang cukup dan pusat produk pertanian secara global.

Sedangkan, di bidang energi, Didit menjelaskan, Indonesia sedang berusaha beralih ke energi bersih.

"Kami memiliki komitmen untuk mencapai nol emisi pada 2060," ujar Didit.

2. Indonesia juga ingin lakukan hilirisasi

Ilustrasi Penambangan Nikel/pexels.com-ELG21
Ilustrasi Penambangan Nikel/pexels.com-ELG21

Didit menjelaskan, Indonesia memiliki sektor potensial lain, yakni hilirisasi.

"Sudah jelas bahwa hilirisasi mineral adalah hal yang kita mulai. Misalnya, kita mulai dengan nikel dan kini ada 23 produk prioritas yang sekarang difokuskan untuk dihilirisasi," kata Didit.

Ia mengatakan, Rusia bisa bekerja sama dengan Indonesia di bidang mineral, minyak dan gas.

"Hilirisasi minyak dan gas juga merupakan sektor yang bisa kita kerjakan bersama," ucap Didit.

3. Ada sejumlah hambatan yang harus diatasi

Menlu Sugiono melakukan pertemuan dengan First Deputy Prime Minister Rusia, Denis Manturov di Moskow, pada 20 Februari 2025. (Instagram/@menluri)
Menlu Sugiono melakukan pertemuan dengan First Deputy Prime Minister Rusia, Denis Manturov di Moskow, pada 20 Februari 2025. (Instagram/@menluri)

Ia menambahkan, sejumlah hambatan masih membayangi hubungan perdagangan ini. Hambatan tersebut antara lain pembayaran, logistik dan transportasi.

"Jadi langkah-langkah yang sedang diambil untuk mengatasi masalah ini adalah fokus pada industri yang ingin kita ajak kerja sama," jelas Didit.

Menurutnya, Indonesia dan Rusia sedang mengalami awal kebangkitan kerja sama ekonomi. Ia berharap pebisnis kedua negara saling mengenal.

Ia mengimbau para pebisnis bersabar karena ini masih tahap awal. "Saya yakin kita dapat memanfaatkan momentum ini untuk memajukan kerja sama ekonomi antara Indonesia adn Rusia," kata Didit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us