Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menlu RI: Persatuan ASEAN Dibutuhkan untuk Hadapi Geopolitik Dunia

IMG_1773.jpeg
Menlu Sugiono dalam ASEAN Foreign Minister Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia. (Dok. Kemlu RI)
Intinya sih...
  • Menlu mengapresiasi Malaysia dalam memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja.
  • Komitmen Thailand dan Kamboja untuk menahan diri dan membuka jalur komunikasi sebagai contoh penerapan prinsip TAC.
  • Keterlibatan aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian kawasan sebagai tanggung jawab moral dan politik
  • Menlu menyinggung situasi di Myanmar yang belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam implementasi Five-Point Consensus (5PC).
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menegaskan kembali pentingnya menjaga persatuan dan sentralitas ASEAN di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi global yang makin kompleks. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Foreign Ministers’ Meeting/AMM) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu (25/10/2025).

Dalam forum tersebut, Menlu Sugiono menyoroti tantangan baru yang dihadapi kawasan, termasuk perubahan geopolitik global yang memengaruhi stabilitas regional. Ia menilai, ASEAN perlu memperkuat peran dan identitasnya sebagai jangkar stabilitas dan pusat kerja sama di Asia Tenggara.

Sugiono menyebut bahwa peringatan 50 tahun Treaty of Amity and Cooperation (TAC) pada 2026 menjadi momentum penting untuk memperkuat kembali nilai-nilai dasar ASEAN, yakni perdamaian, stabilitas, dan kerja sama. Ia mendorong negara-negara anggota agar menjadikan momen ini sebagai refleksi kolektif atas perjalanan dan komitmen ASEAN terhadap kawasan.

Dalam pidatonya, Menlu juga menekankan pentingnya memperkuat peran ASEAN Institute for Peace and Reconciliation(ASEAN-IPR) dalam riset dan pengembangan kapasitas. Ia menilai lembaga tersebut memiliki peran strategis dalam memastikan relevansi TAC menghadapi dinamika global yang terus berubah.

Sugiono menilai, konsistensi ASEAN terhadap prinsip-prinsip damai menjadi kunci agar kawasan tetap solid dan tidak terpecah di tengah tekanan eksternal. Ia juga mengingatkan bahwa kerja sama regional harus didasarkan pada semangat saling percaya dan saling menghormati antarnegara anggota.

“ASEAN harus tetap menjadi pusat gravitasi stabilitas di kawasan. Kita tidak boleh membiarkan kepentingan luar memecah solidaritas yang telah kita bangun selama ini,” ujar Menlu Sugiono dalam pernyataannya di Kuala Lumpur, dikutip dari keterangan pers Kemlu RI.

1. Apresiasi peran Malaysia dan komitmen Thailand-Kamboja

IMG_1771.jpeg
Menlu Sugiono dalam ASEAN Foreign Minister Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia. (Dok. Kemlu RI)

Menlu Sugiono turut menyoroti perkembangan situasi antara Thailand dan Kamboja. Ia mengapresiasi kepemimpinan Malaysia dalam memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata antara kedua negara yang sempat mengalami ketegangan perbatasan.

Menurut Sugiono, langkah Malaysia menunjukkan semangat solidaritas ASEAN yang sesungguhnya, yakni menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan konsultasi, bukan konfrontasi. Indonesia, kata dia, siap berkontribusi untuk mendukung proses damai tersebut apabila dibutuhkan.

Dalam pandangannya, komitmen Thailand dan Kamboja untuk menahan diri dan membuka jalur komunikasi merupakan contoh nyata penerapan prinsip-prinsip TAC. Sugiono menegaskan bahwa langkah semacam ini perlu terus diperkuat di antara negara anggota.

“Upaya Malaysia patut diapresiasi, begitu juga dengan kesediaan Thailand dan Kamboja untuk mencari solusi damai. Ini menunjukkan bahwa semangat ASEAN masih hidup dan relevan,” ujarnya.

Ia menambahkan, keterlibatan aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian kawasan menjadi bentuk nyata tanggung jawab moral dan politik sebagai salah satu pendiri ASEAN.

2. Soroti situasi Myanmar dan rencana pemilu Desember

IMG_1774.jpeg
Menlu Sugiono dalam ASEAN Foreign Minister Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia. (Dok. Kemlu RI)

Dalam pertemuan tersebut, Menlu Sugiono juga menyinggung situasi di Myanmar yang hingga kini masih belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam implementasi Five-Point Consensus (5PC). Ia menyatakan apresiasi terhadap upaya berkelanjutan Ketua ASEAN dan Utusan Khusus yang terus mendorong dialog inklusif.

Sugiono menegaskan pentingnya posisi dan sikap bersama ASEAN dalam menghadapi rencana pemilihan umum di Myanmar pada Desember mendatang. Ia menyebut bahwa ASEAN perlu menyiapkan langkah konkret, termasuk kemungkinan pembentukan Tim Pengamat ASEAN dengan mandat yang jelas dan terbatas.

Menurutnya, pendekatan kolektif menjadi satu-satunya cara agar ASEAN dapat menjaga kredibilitas dan efektivitasnya dalam menangani krisis Myanmar. “Kita perlu memastikan bahwa ASEAN tetap berbicara dengan satu suara, terutama dalam isu yang menyangkut masa depan rakyat Myanmar,” tutur Menlu Sugiono.

Ia juga mendukung gagasan untuk menunjuk Utusan Khusus ASEAN dengan masa jabatan multi-tahun, agar proses diplomasi tidak terputus setiap pergantian kepemimpinan. Dengan demikian, ASEAN dapat menjaga kesinambungan dan fokus dalam mendorong penyelesaian damai.

Sugiono menilai bahwa tantangan di Myanmar bukan hanya ujian bagi negara tersebut, tetapi juga bagi ASEAN sebagai organisasi regional yang menjunjung tinggi prinsip non-intervensi sekaligus komitmen terhadap hak asasi manusia.

3. Dorong aksesi Timor Leste

IMG_1772.jpeg
Menlu Sugiono dalam ASEAN Foreign Minister Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia. (Dok. Kemlu RI)

Selain isu-isu regional, Menlu Sugiono juga menyoroti pentingnya meninjau kembali kebijakan moratorium terhadap mitra dialog baru ASEAN. Ia menyebut meningkatnya minat negara seperti Turki menjadi tanda bahwa ASEAN semakin relevan dalam tatanan global.

“ASEAN perlu memiliki pendekatan yang lebih fleksibel dan strategis dalam menjawab perubahan lanskap global,” ujar Sugiono. Ia juga menekankan pentingnya memperkuat keterlibatan dengan Papua Nugini, mengingat posisi geografis dan potensi ekonomi negara tersebut yang strategis bagi kawasan.

Terkait proses aksesi Timor Leste, Indonesia menegaskan dukungan penuhnya terhadap langkah negara tersebut menjadi anggota penuh ASEAN. Menlu Sugiono menyebut bahwa proses ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan integrasi penuh Timor Leste di dalam keluarga besar ASEAN.

“Ini bukan akhir perjalanan, tetapi awal dari proses integrasi penuh Timor Leste di ASEAN,” tegas Sugiono dalam forum tersebut. Ia menilai bahwa kehadiran Timor Leste akan semakin memperkaya dinamika dan solidaritas kawasan.

Di akhir pernyataannya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa berbagai agenda ASEAN, mulai dari peringatan TAC, situasi Myanmar, hubungan eksternal, hingga aksesi Timor-Leste, memiliki tujuan yang sama, yakni menegakkan persatuan dan sentralitas ASEAN sebagai jangkar stabilitas di tengah ketidakpastian global.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

KNKT Investigasi Penyebab Anjloknya Kereta Purwojaya di Bekasi

25 Okt 2025, 23:31 WIBNews