Mesir dan Kuwait Jajaki Kerja Sama Militer untuk Stabilitas Kawasan

- Menteri Pertahanan Kuwait kunjungi Markas Besar Kemenhan Mesir
- Pertukaran keahlian militer dan kerja sama di bidang pertahanan
- Kunjungan merupakan bagian dari tur Timur Tengah Sheikh Fahad
Jakarta, IDN Times – Menteri Pertahanan (Menhan) Kuwait, Sheikh Fahad Youssef Saud Al-Sabah, mengunjungi Markas Besar Kemenhan Mesir dalam lawatannya pada Minggu (2/1/2025). Dalam kunjungan itu, ia disambut oleh Menhan Mesir, Abdel Majeed Saqr.
Keduanya berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama militer untuk pertukaran keahlian di berbagai sektor pertahanan.
”Upacara penandatanganan berlangsung di Otoritas Urusan Keuangan Angkatan Bersenjata di Al-Masa,” lapor Kuwait Times.
Menurut pernyataan yang diterbitkan oleh Kantor Berita Kuwait (KUNA), perjanjian ini bertujuan untuk menyatukan upaya kedua negara, meningkatkan koordinasi, dan memperbaiki sistem operasional antara angkatan bersenjata dua pihak. Langkah ini disambut baik oleh Mesir.
1. Kerja sama untuk atasi tantangan regional
Baik Mesir dan Kuwait sama-sama sepakat bahwa kerja sama ini diadakan sebagai solusi atas tantangan regional yang kini semakin kompleks.
Sheikh Fahad dan Sakr menekankan pentingnya pertukaran keahlian dan upaya koordinasi untuk memastikan keamanan dan stabilitas yang lebih baik di kawasan tersebut.
”Kedua pihak membahas perkembangan terkini di kawasan dan internasional serta dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan di tengah situasi dan tantangan saat ini," bunyi pernyataan militer Mesir, dikutip Anadolu Agency.
Upacara penandatanganan dihadiri oleh Ahmed Khalifa, kepala staf angkatan bersenjata Mesir, dan sejumlah pemimpin militer dari kedua negara. Kedua pihak berharap agar terdapat lebih banyak kerja sama serupa di masa yang akan datang.
2. Menhan Kuwait juga bertemu dengan Presiden Mesir
Sheikh Fahad dalam kunjungannya juga bertemu langsung dengan Presiden Mesir, Abdel Fatah El Sisi. Dilansir Arab News, kedua pemimpin tersebut membahas hubungan jangka panjang antara Kuwait dan Mesir.
Keduanya meninjau perkembangan terkini di kawasan regional dan internasional. Sheikh Fahad turut menyampaikan salam dari Yang Mulia Amir Kuwait, Sheikh Meshal Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah dan Yang Mulia Putra Mahkota, Sheikh Sabah Al-Khaled Al-Hamad Al-Sabah, kepada Presiden Al-Sisi.
”Beliau mendoakan kemakmuran Republik Arab Mesir yang berkelanjutan,” katanya.
Kunjungan Sheikh Fahad ke Mesir merupakan salah satu rangkaian dari tur Timur Tengahnya. Ia telah mengunjungi dua negara Arab lainnya, yakni Yordania dan Oman.
Kunjungan resmi pertamanya ke Mesir terjadi pada Juni 2024, di mana ia bertemu Menteri Dalam Negeri Mesir, Mahmoud Tawfik, dan Mantan Menteri Pertahanan, Mohamed Zaki.
3. Mesir dalam pusaran geopolitik regional

Timur Tengah belakangan mengalami gejolak geopolitik akibat konflik besar yang terjadi di sejumlah negara, salah satunya Palestina. Mesir sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Palestina turut merasakan dampak dari konflik tersebut.
Tak lama setelah gencatan senjata Israel-Hamas disepakati, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyarankan agar warga Gaza direlokasi ke Mesir dan Yordania. Kedua negara tersebut sontak menolak rencana tersebut.
Presiden Mesir tersebut melihat bahwa rencana Trump tersebut sebagai tindakan ketidakadilan yang mengancam keamanan Mesir.
"Terkait apa yang dikatakan tentang pemindahan warga Palestina, hal itu tidak dapat ditoleransi atau diizinkan karena dampaknya terhadap keamanan nasional Mesir," kata Sisi, dilansir TRT World.
Dalam laporan terbaru Middle East Monitor, Minggu, Sisi telah menyampaikan undangan kepada Trump agar mengunjungi Mesir. Keduanya akan membahas terkait isu regional, termasuk masalah pengungsi tersebut.