Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pakistan Ciduk Penyebar Hoaks Picu Kerusuhan Inggris

ilustrasi polisi. (unsplash.com/ James Eades)
ilustrasi polisi. (unsplash.com/ James Eades)
Intinya sih...
  • Tersangka Farhan Asif ditangkap karena menyebarkan misinformasi yang memicu kerusuhan di Inggris.
  • Channel3 Now, akun media sosial, pertama kali melaporkan nama palsu pelaku penusukan yang tidak benar.
  • Asif mencari audiens luas di Eropa, AS, dan Inggris untuk tujuan monetisasi melalui platform media sosial.

Jakarta, IDN Times - Polisi Pakistan menangkap seorang pria atas tuduhan menyebarkan misinformasi yang memicu kerusuhan di Inggris. Tersangka diidentifikasi sebagai Farhan Asif (32), seorang pengembang web lepas di Lahore, Pakistan. Imran Kishwar, wakil inspektur jenderal investigasi di Lahore, mengatakan Asif didakwa dengan tuduhan terorisme siber.

Penangkapan ini terkait dengan insiden penusukan mematikan terhadap tiga gadis di kelas tari di Southport, Inggris, pada 29 Juli 2024. Misinformasi yang disebarkan mengklaim bahwa pelaku penusukan adalah seorang pencari suaka Muslim yang baru tiba di Inggris. Kenyataannya, klaim tersebut tidak benar.

1. Kerusuhan pecah akibat informasi palsu

Channel3 Now, sebuah akun di platform media sosial X yang mengaku sebagai saluran berita, menjadi salah satu sumber pertama yang melaporkan nama palsu pelaku. Melansir dari The Guardian, akun Facebook Channel3 Now menyatakan dikelola oleh orang-orang di Pakistan dan Amerika Serikat.

Penyebaran informasi palsu ini memicu kerusuhan selama lebih dari seminggu di berbagai kota di Inggris dan Irlandia Utara. Akibatnya, lebih dari 1.000 orang ditangkap selama kerusuhan tersebut. Menanggapi situasi ini, polisi Inggris terpaksa mengambil langkah tidak biasa dengan mengklarifikasi bahwa tersangka sebenarnya lahir di Inggris.

"Informasi palsu ini menciptakan rasa takut dan tidak aman di Inggris. Hal tersebut juga mencoreng reputasi Pakistan," ujar perwakilan Badan Investigasi Federal (FIA) Pakistan. 

2. Dua laptop dan satu ponsel disita dari tersangka

Penangkapan Asif dilakukan setelah adanya pertemuan antara pejabat tinggi Inggris dan Pakistan di Lahore. Jane Marriott, Duta Besar Inggris untuk Pakistan, bertemu dengan Maryam Nawaz Sharif, Menteri Utama Punjab, dan ayahnya, mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif, pada hari Minggu sebelum penangkapan.

Selama penggeledahan, polisi Pakistan menyita dua laptop dan satu ponsel dari kediaman Asif. Melansir dari New York Times, Asif mengaku telah membagikan informasi palsu selama interogasi. Namun, dia menegaskan bahwa dia hanya memposting ulang informasi tersebut dari sumber lain tanpa memverifikasi kebenarannya.

Kasus ini kemudian diserahkan ke FIA yang menangani kasus-kasus terorisme siber. Meski demikian, belum ada konfirmasi resmi apakah Inggris telah meminta ekstradisi Asif.

3. Tersangka cari uang lewat monetisasi media sosial

Channel3 Now biasanya memposting artikel clickbait tentang kejahatan di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Setelah perannya dalam kerusuhan terungkap, Channel3 Now awalnya menawarkan permintaan maaf.

"Kami sangat menyesali kebingungan atau ketidaknyamanan yang mungkin disebabkan oleh informasi yang menyesatkan dalam artikel terbaru kami," tulis editor Channel3 Now. Situs tersebut kemudian ditutup.

Pihak berwenang Inggris menyalahkan pihak sayap kanan atas penyebaran misinformasi berkelanjutan. Mereka juga mengkritik promosi demonstrasi kekerasan secara online. Sementara itu, polisi Lahore mengungkap bahwa Asif berusaha mencari audiens yang lebih luas, terutama di Eropa, AS, dan Inggris untuk tujuan monetisasi.

"Sebagian besar penghasilannya berasal dari Inggris. Jadi ketika insiden ini terjadi di Southport, dia memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk meraih audiens yang lebih luas. Dia mendapatkan uang melalui monetisasi di platform media sosial," jelas Imran, dilansir dari Sky News. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us