Para Senator AS Menganggap Putra Mahkota Arab Saudi Gila dan Bahaya
Washington, D.C., IDN Times - Para senator di Amerika Serikat menilai Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, terkesan gila dan berbahaya. Mereka juga sangat yakin keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Tak hanya itu, mereka mendesak Trump untuk mengutuk kasus ini. Bagaimana awal ceritanya?
1. Mereka menyindir adanya dugaan alat-alat bukti dalam kasus pembunuhan Khashoggi
Dilansir dari The Guardian, para senator mengatakan yakin sekali bahwa Putra Mahkota Arab Saudi terlibat dalam kasus pembunuhan mengerikan terhadap Jamal Khashoggi. Sejumlah senator terkemuka menghadiri pengarahan dari Direktur CIA, Gina Haspel yang terbang ke Turki untuk mendengarkan rekaman pembunuhan yang terjadi 2 Oktober 2018 lalu dari intersepsi intelijen Turki.
Para senator sebenarnya tidak diizinkan untuk mengungkapkan rincian dari apa yang mereka diberitahu, tetapi reaksi mereka memperkuat laporan bahwa CIA telah mengumpulkan bukti penting mengenai keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman berada di balik peristiwa pembunuhan tersebut. "Jika putra mahkota berada di depan juri, dia akan dihukum hanya dalam waktu 30 menit di pengadilan," ungkap Ketua Senator Hubungan Luar Negeri dari Partai Republik, Bob Corker, seperti yang dikutip dari The Guardian.
2. Salah seorang senator menduga adanya barang bukti seperti alat pemotongan saat peristiwa tersebut
Senator dari Partai Republik, Lindsey Graham, menilai adanya dugaan alat-alat pemotongan tubuh saat peristiwa itu terjadi. "Tidak ada senjata api, melainkan gergaji api," ungkap pernyataan Lindsey Graham yang dikutip dari BBC. Ia juga mengatakan tidak bisa mendukung keterlibatan Arab Saudi dalam perang Yaman atau penjualan senjata kepada pemerintah Arab Saudi selama pangeran mahkota tetap berkuasa.
Senator dari Partai Demokrat, Bob Menendez, menyuarakan pendapatnya. Ia menilai Amerika Serikat harus mengirimkan pesan yang jelas serta tegas bahwa tindakan seperti ini tidak dapat diterima di negara manapun. Begitu juga dengan Senator dari Partai Republik lainnya, Richard Shelby, juga mempertanyakan masalah ini. "Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana Anda memisahkan putra mahkota Saudi dan kelompoknya dari bangsa ini?" ungkap pertanyaan Richard Shelby yang dikutip dari BBC.
Senator dari Partai Demokrat, Chris Murphy, mengkritik langkah kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang seharusnya tidak semuanya dirahasiakan. "Tidak semuanya harus dirahasiakan. Jika pemerintah kita tahu bahwa para pemimpin Saudi terlibat dalam pembunuhan seorang warga AS, mengapa masyarakat tidak boleh tahu ini?" ungkap pertanyaan besar Chris Murphy sekaligus kritikan terhadap Donald Trump yang dikutip dari BBC.
3. Penjelasan CIA mengenai masalah ini
Direktur CIA, Gina Haspel, kembali absen dalam briefing yang baru-baru ini digelar sehingga membuat para senator kembali kecewa. CIA sendiri pernah menyatakan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman "mungkin" memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi. Agen mata-mata memiliki bukti ia bertukar pesan dengan Saud Al Qahtani, orang yang diduga mengawasi peristiwa pembunuhan tersebut.
Gedung Putih membantah terlibat dalam ketidakhadiran Haspel dalam briefing kali ini dan pihak CIA sendiri mengakui tidak ada yang mengatakan kepada Haspel untuk tidak hadir dalam briefing yang diikuti oleh para senator. Pada sidang yang digelar minggu lalu, Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, dan Menteri Pertahanan, James Mattis, mengatakan kepada para senator bahwa tidak ada bukti keterlibatan langsung Putra Mahkota Arab Saudi dalam pembunuhan Khashoggi.