Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pasca Serangan AS ke Iran, RI Minta Semua Pihak Menahan Diri

IDN Times/Fitang Budhi Adhitia
IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri meminta kepada semua pihak agar menahan diri dan tidak terpancing usai serangan militer Amerika Serikat menewaskan Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Qasem Soleimani pada Jumat pagi waktu setempat. Soleimani tewas dalam serangan udara di Bandara Baghdad, Irak, yang diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

Perintah serangan udara mematikan itu tak jauh usai Trump dikenai dakwaan oleh DPR Negeri Paman Sam pada Desember 2019 lalu. Departemen Pertahanan AS atau yang kerap disebut Pentagon beralasan Soleimani perlu dienyahkan karena telah membahayakan kepentingan warga Negeri Paman Sam. 

Dunia pun tak menduga adanya serangan udara yang direstui oleh Trump tersebut. 

"Indonesia peduli terhadap meningkatnya situasi di Irak oleh sebab itu kami mendorong semua pihak untuk menahan diri untuk bertindak yang bisa membuat situasi lebih buruk," demikian keterangan resmi Kemenlu pada Sabtu (4/1). 

Pemerintah Iran sangat geram terhadap aksi AS itu. Mereka berjanji akan membalas dendam dengan perlakuan setara yang telah diberikan Negeri Paman Sam. Publik pun khawatir konfrontasi dua negara tersebut akan melebar sehingga dapat memicu perang dunia ketiga. Maka tak heran tagar #WorldWar3 menggema di media sosial. 

Lalu, bagaimana sikap Pemerintah Indonesia terhadap WNI yang kini masih berada di Baghdad, Irak?

1. Pemerintah meminta semua WNI yang berada di Irak agar berhati-hati

(Kementerian Luar Negeri) www.treaty.kemlu.go.id
(Kementerian Luar Negeri) www.treaty.kemlu.go.id

Melalui keterangan tertulisnya, Kemlu juga meminta kepada WNI yang masih bermukim di Baghdad agar berhati-hati. 

"Silakan hubungi KBRI bila memerlukan bantuan. Hotline KBRI di Baghdad yakni +9647500365228," kata Kemlu lagi. 

Berdasarkan data yang digunakan ketika pemilu 2019 lalu, terdapat sekitar 864 orang yang berada di Irak. Sebanyak 137 orang berada di Provinsi Erbil. Sebagian besar merupakan pekerja domestik dan bekerja untuk keluarga Kurdistan. 

2. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan tiga hari berkabung nasional

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berpidato saat pertemuan di Tehran, Iran, pada 1 Januari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berpidato saat pertemuan di Tehran, Iran, pada 1 Januari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Usai dikonfirmasi Jenderal Soleimani telah tewas, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei langsung bereaksi. Ia mengatakan akan ada pembalasan dendam yang hebat dan setara atas perbuatan Amerika Serikat. Soleimani dianggap sebagai sosok kedua terkuat di Iran setelah Khamenei. 

Pasukan Kuds, sebuah unit elit militer di Korps Garda Revolusi Islam melaporkan tewasnya Soleimani. Ia pun dianggap sebagai pahlawan di negaranya. Sebelum merealisasikan pembalasan dendamnya, Khamenei mengumumkan Iran akan melaksanakan hari berkabung nasional selama tiga hari. 

Stasiun berita BBC edisi Jumat kemarin melaporkan ketika serangan udara itu terjadi, Presiden Trump tengah berada di Florida. Tak lama setelah komandan Korps Garda Revolusi Islam dipastikan tewas, Trump mencuit di akun media sosialnya. 

Ia mencuit bendera AS dan menulis Soleimani telah membunuh ratusan warga Negeri Paman Sam. Bahkan, bila dibiarkan terus hidup, akan lebih banyak lagi warga AS yang nyawanya terancam. Oleh sebab itu, Soleimani, kata Trump seharusnya telah dibunuh sejak beberapa tahun lalu. 

"Walaupun Iran tidak pernah mengakui itu, Soleimani dibenci sekaligus ditakuti di negaranya sendiri," kata Trump. 

Sementara, Pentagon mengatakan Soleimani layak dibunuh lantaran otak dalam serangan Kedutaan AS di Baghdad pada Desember 2019 lalu yang menewaskan satu kontraktor asal Negeri Paman Sam. 

3. Jenderal Soleimani tewas dengan cara ditembak menggunakan drone

Jenderal Qasem Soleimani, pemimpin Korps Garda Revolusi Islam Iran  (IRGC), yang tewas dalam serangan militer Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. twitter.com/Reuters
Jenderal Qasem Soleimani, pemimpin Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang tewas dalam serangan militer Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. twitter.com/Reuters

Stasiun berita BBC menyebut Qasem Soleimani tewas dalam serangan drone di Bandara Baghdad. Ia diketahui baru saja terbang dari Lebanon atau Suriah. 

Ketika iring-iringan mobil meninggalkan area bandara, drone milik militer AS langsung melepaskan tembakan di sekitar area kargo. Sekitar tujuh orang diprediksi tewas dalam serangan udara itu. 

Selain Soleimani, pemimpin milisi Korps Garda Revolusi Islam, Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas. Ia ikut dalam iring-iringan mobil tersebut. Muhandis merupakan Komandan Kataib dari Kelompok Hizbullah yang didukung oleh Iran. 

Washington menuding kelompok tersebut yang menjadi otak di balik penyerangan Kedutaan Besar AS di Baghdad hingga menewaskan seorang warganya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us