Pemilik Paspor di Jepang Turun, Warga Pilih Liburan di Dalam Negeri

- Jumlah penduduk Jepang yang memiliki paspor hanya 17,5%, turun dari sekitar 25% sebelum pandemi.
- Nilai tukar yen yang melemah dan biaya perjalanan ke luar negeri yang meningkat menjadi faktor utama menurunnya minat warga Jepang bepergian ke luar negeri.
- Keamanan di luar negeri dan daya tarik wisata domestik yang kuat juga mempengaruhi keputusan warga Jepang untuk tidak berlibur ke luar negeri.
Jakarta, IDN Times – Jumlah warga Jepang yang memiliki paspor mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan Kementerian Luar Negeri Jepang yang dirilis pada Kamis (20/2/2025), hanya 17,5 persen penduduk Jepang yang memiliki paspor. Angka ini turun dari sekitar 25 persen sebelum pandemi. Melemahnya nilai tukar yen serta kekhawatiran akan keselamatan di luar negeri menjadi alasan utama mengapa banyak warga lebih memilih berlibur di dalam negeri.
Sebanyak 21,6 juta warga Jepang tercatat masih memiliki paspor yang berlaku hingga akhir 2024. Namun, jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya, ketika seperempat populasi memiliki dokumen perjalanan tersebut.
“Paspor saya sudah kedaluwarsa beberapa tahun lalu, dan saya baru saja berpikir bahwa saya benar-benar harus memperbaruinya karena cepat atau lambat saya akan perlu bepergian ke luar negeri untuk pekerjaan,” ujar Atsushi Suzuki, seorang pekerja LSM internasional berusia 34 tahun, dilansir This Week in Asia.
Meski demikian, ia tidak berencana untuk berlibur ke luar negeri dalam waktu dekat.
1. Melemahnya yen membuat perjalanan ke luar negeri semakin mahal
Nilai tukar yen yang terus melemah menjadi salah satu faktor utama berkurangnya minat warga Jepang untuk bepergian ke luar negeri. Mata uang Jepang telah kehilangan sekitar sepertiga dari nilainya sejak akhir 2019 akibat perbedaan suku bunga yang besar antara Jepang dan Amerika Serikat (AS)
Menurut data Japan Tourism Agency, rata-rata biaya perjalanan ke luar negeri pada musim panas tahun lalu mencapai 347 ribu yen Jepang (sekitar Rp37,86 juta), naik 25 persen dibandingkan 2019 yang berkisar 277 ribu yen Jepang (sekitar Rp30,22 juta). Kenaikan ini membuat banyak keluarga Jepang berpikir ulang sebelum merencanakan liburan ke luar negeri.
“Kami tidak dalam posisi untuk berlibur ke luar negeri musim panas ini, sebagian karena kami harus lebih berhati-hati dalam pengeluaran, tetapi juga karena nilai yen saat ini sangat lemah,” kata Mitsue Nagasaku, seorang ibu rumah tangga dari Yokohama dengan tiga anak, dikutip South China Morning Post.
Dilansir CNBC TV 18, data dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa pendapatan per kapita Jepang dalam dolar AS turun menjadi 32.859 dolar (sekitar Rp536,4 juta) pada 2024, hampir sama dengan angka tahun 1992. Dengan pendapatan yang stagnan dan biaya perjalanan yang meningkat, banyak warga Jepang lebih memilih untuk berlibur di dalam negeri.
2. Faktor keamanan dan kenyamanan jadi pertimbangan

Selain faktor ekonomi, keamanan juga menjadi pertimbangan utama bagi banyak warga Jepang. Laporan media di Jepang sering menyoroti meningkatnya kekerasan di Timur Tengah dan beberapa bagian Eropa, serta tingginya angka kejahatan bersenjata di AS.
“Saya juga berpikir bahwa bagi banyak orang, bepergian ke luar negeri menjadi terlalu merepotkan setelah pandemi, dan mereka tidak ingin bersusah payah merencanakan liburan ketika mereka bisa melakukannya dengan lebih murah dan mudah di Jepang,” ujar Suzuki.
Beberapa warga Jepang juga merasa khawatir terhadap diskriminasi dan serangan terhadap orang Asia di luar negeri. Faktor ini semakin menguatkan keputusan mereka untuk tetap berwisata di dalam negeri.
3. Jepang menjadi pilihan utama untuk berlibur

Jepang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, mulai dari ski di Hokkaido hingga pantai tropis di Okinawa. Bagi banyak warga, negara mereka sendiri sudah menyediakan berbagai pilihan liburan tanpa harus menghadapi kendala seperti visa, mata uang asing, atau jet lag.
“Sebagian besar orang semakin menjadi individu yang mencintai kampung halaman mereka. Makanannya enak, keamanannya terjamin, orang-orangnya sopan, dan kota-kotanya bersih,” tulis salah satu komentar di situs TV Asahi.
Menurut Japan Association of Travel Agents, hanya 17 persen warga Jepang yang bepergian ke luar negeri pada 2024. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Inggris yang memiliki tingkat kepemilikan paspor sebesar 60 persen dan AS sebesar 50 persen. Sementara itu, di Asia, 60 persen warga Taiwan dan 42 persen warga Korea Selatan memiliki paspor.
Dengan kondisi yen yang masih lemah dan daya tarik wisata domestik yang kuat, tren menurunnya jumlah warga Jepang yang bepergian ke luar negeri kemungkinan besar akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.