Jepang-UNICEF Kolaborasi Bantu Makan Bergizi Gratis di Papua

- Jepang dan UNICEF menandatangani proyek kerja sama di Kabupaten Biak Numfor, Papua dengan total budget Rp54,4 miliar.
- Program distribusi makanan gratis dan pendidikan akan dimulai April 2025 sebagai tanggapan atas permintaan Badan Gizi Nasional (BGN).
- Kolaborasi ini menyokong penyediaan makan bergizi (MBG) serta meningkatkan literasi gizi bagi 2.500 anak di Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Jepang dan UNICEF menandatangani 'Proyek Kerja Sama untuk Meningkatkan Pembelajaran, Gizi, dan Kualitas Hidup Anak-anak di Kabupaten Biak Numfor, Papua.' Proyek kerja sama ini merupakan program distribusi makanan gratis dan pendidikan.
Program kerja sama tersebut akan berlangsung mulai April 2025, sebagai tanggapan atas permintaan Badan Gizi Nasional (BGN). Bantuan ini memiliki total budget hingga 3,3 juta dolar AS atau setara Rp54,4 miliar.
1. Seiring dengan program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Penandatanganan kesepakatan ini dilakukan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dan Perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman. Penandatanganan juga disaksikan Direktur Sistem Pemenuhan Gizi BGN, Nurjaeni.
"Pada pertemuan puncak pemimpin Jepang-Indonesia, seiring dengan upaya Presiden Prabowo untuk menyebarluaskan program makan bergizi bagi anak-anak sekolah di Indonesia, Perdana Menteri Ishiba menyampaikan keinginannya untuk memberikan kontribusi pada upaya tersebut dengan memanfaatkan pengalaman Jepang sendiri," kata Dubes Masaki di kantor Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Menurutnya, kolaborasi ini akan menyokong penyediaan MBG dan meningkatkan literasi serta kesadaran gizi, tak hanya bagi anak-anak tapi juga pengajar. Program ini menargetkan 2.500 anak.
2. Akan ada bantuan spesialis gizi dari UNICEF

Lewat program ini, spesialis gizi UNICEF akan menyediakan saran untuk para ahli gizi dan juru masak yang dikerahkan Pemerintah Indonesia. Nantinya juga proyek ini akan memberikan dukungan pembelajaran termasuk kesadaran gizi kepada petugas kesehatan dan orang tua anak.
Biaya proyek ini meliputi bahan makan untuk makanan sekolah selama setahun, biaya tenaga ahli gizi dari UNICEF, dan biaya pelatihan untuk kepala sekolah dan guru setempat mengenai pendidikan gizi dan isu terkait lainnya.
3. Berkaca pada sistem Shokuiku di Jepang

Dubes Masaki mengatakan, program ini sejalan dengan konsep Shokuiku, yakni sistem pendidikan gizi di Jepang. Sistem ini mengajarkan anak-anak memahami pentingnya pola makan sehat.
"Di Jepang, kami percaya jika makanan merupakan kunci mencegah penyakit dan menjaga kesehatan. Konsep Shokuiku ini mengajarkan anak-anak memahami makanan dan kebiasaan makan sehat, sehingga bisa diterapkan sepanjang hidup mereka. Pendekatan ini juga efektif dalam mengatasi stunting," kata Masaki.
Dubes Masaki menambahkan, Jepang juga telah melaksanakan proyek pengembangan pelabuhan perikanan, fasilitas pembekuan dan pasar ikan di enam pulau terpencil melalui bantuan hibah JICA. Ini dapat berkontribusi pada kenaikan hasil tangkapan ikan di pelabuhan perikanan Biak dan telah selesai dibangun pada Oktober 2021.
Makanan sekolah di Jepang secara aktif mempromosikan produk lokal untuk konsumsi. Ia berharap kedua proyek ini dapat dikolaborasikan untuk memanfaatkan ikan dari pelabuhan perikanan Biak juga.