Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemimpin Hamas: Netanyahu Sabotase Upaya Gencatan Senjata di Gaza

ilustrasi dampak serangan Israel di Gaza (Twitter.com/UNRWA)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berusaha merusak upaya gencatan senjata. Pada Minggu (5/5/2024), dia menyebut Netanyahu ingin menciptakan pembenaran untuk melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza.

"Hamas masih ingin mencapai kesepakatan yang mengakhiri agresi, menjamin penarikan pasukan Israel, dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang serius," kata Haniyeh, dikutip Middle East Monitor.

Saat ini, pembicaraan mengupayakan gencatan senjata sedang berlangsung di Kairo, ibu kota Mesir. Namun, Netanyahu menuduh Hamas membuat tuntutan yang tidak dapat diterima dan menegaskan tidak akan menarik pasukan Israel dari Gaza. 

1. Israel tidak mau Hamas tetap berkuasa di Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu (Twitter.com/Benjamin Netanyahu)

Baik Hamas atau Israel saling menyalahkan atas kebuntuan perundingan gencatan senjata. Hamas menuntut Israel mengakhiri serangan di Gaza dengan imbalan pembebasan tawanan.

Dilansir Al Jazeera, kepada mediator Mesir dan Qatar, perunding Hamas mempertahankan pendirian bahwa setiap perjanjian gencatan senjata harus mencakup diakhirinya perang.

Para pejabat Israel tidak berangkat ke Kairo dalam upaya diplomasi tersebut. Tapi Pada Minggu, Netanyahu menekankan tujuan Israel yakni melucuti senjata dan membubarkan Hamas.

Dia mengatakan Israel bersedia menghentikan pertempuran di Gaza untuk menjamin pembebasan sandera yang masih ditahan.

"Tetapi meski Israel telah menunjukkan kesediaannya, Hamas tetap mempertahankan posisi ekstremnya, yang pertama di antaranya adalah tuntutan untuk menarik seluruh pasukan kami dari Jalur Gaza, mengakhiri perang, dan membiarkan Hamas tetap berkuasa," kata Netanyahu.

"Israel tidak bisa menerima hal itu," tambahnya.

2. Haniyeh sebut Netanyahu menyabotase perundingan

Para pejabat senior Tel Aviv meningkatkan tekanan agar Hamas menerima persyaratan gencatan senjata yang diajukan.

Dilansir The Guardian, Haniyeh mengatakan pihaknya ingin gencatan senjata komprehensif yang mengakhiri agresi ilegal dan penarikan pasukan Israel serta kesepakatan pertukaran sandera yang serius.

"(Tapi Netanyahu) menyabotase upaya yang dilakukan melalui mediator dan berbagai pihak," ujarnya.

3. Ancaman serangan ke Rafah dalam waktu dekat

ilustrasi dampak serangan Israel di Gaza (Twitter.com/UNRWA)

Delegasi Hamas telah keluar dari Kairo dan menuju Doha, ibu kota Qatar, untuk melakukan konsultasi kepada para pemimpinnya. Di tengah ketegangan negosiasi diperkirakan bakal terjadi serangan darat ke kota Rafah.

Dilansir CNN, Amerika Serikat (AS) berupaya meningkatkan tekanan agar Hamas menerima kesepakatan sekaligus mencegah Israel bergerak menuju kota paling selatan di Jalur Gaza tersebut.

Namun, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, bakal ada aksi intensif di Rafah dalam waktu dekat karena Hamas tidak berniat menyepakati negosiasi.

"Kami menyadari tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa Hamas sebenarnya tidak berniat untuk mencapai kesepakatan garis besar dengan kami, artinya adalah tindakan di Rafah dan seluruh Jalur Gaza dalam waktu dekat," katanya.

“Kami baru saja akan mengambil tindakan, kami dalam kesiapan tinggi, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) tahu apa yang harus dilakukan, kami siap menghadapi berbagai hal dan itu akan mencakup seluruh jalur dari utara ke selatan, seluruh wilayah termasuk Rafah," jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us