Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

80 Persen Rumah Sakit di Sudan Tidak Berfungsi akibat Perang Sipil

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)

Jakarta, IDN Times - Organisasi amal medis, Médecins Sans Frontières (MSF) mengumumkan bahwa mereka terpaksa menghentikan kegiatannya di salah satu rumah sakit di bagian selatan ibu kota Sudan, Khartoum, akibat serangan yang terus berlanjut.

Rumah Sakit Bashair, yang terletak di wilayah yang dikuasai oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), adalah salah satu dari sedikit rumah sakit yang masih berfungsi di Khartoum. Fasilitas kesehatan ini membantu merawat korban serangan udara yang kerap dilancarkan oleh Angkatan Bersenjata Sudan, serta para perempuan dan anak-anak yang kekurangan gizi.

"Selama 20 bulan tim MSF bekerja bersama staf rumah sakit dan relawan, Rumah Sakit Bashair telah mengalami insiden berulang di mana para pejuang bersenjata memasuki rumah sakit dan mengancam staf medis, sering kali menuntut agar para pejuang dirawat lebih dulu daripada pasien lainnya," kata MSF pada Jumat (10/1/2024).

"Terlepas dari upaya keterlibatan yang luas dengan semua pihak terkait, serangan-serangan ini terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir. MSF kini telah mengambil keputusan yang sangat sulit untuk menghentikan semua aktivitas medis di rumah sakit tersebut," tambah kelompok tersebut, yang juga dikenal dengan sebutan Doctors Without Borders.

1. Sekitar 80 persen rumah sakit di wilayah konflik telah berhenti beroperasi

Sejak meletus pada April 2023, perang antara militer Sudan dan RSF telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan jutaan lainnya mengungsi. Konflik ini juga mengakibatkan 80 persen rumah sakit di wilayah konflik tidak lagi dapat beroperasi. Pasukan RSF kerap menargetkan fasilitas medis untuk menuntut perawatan atau menjarah persediaan yang ada.

Menurut MSF, Rumah Sakit Bashair telah melayani lebih dari 25 ribu orang, termasuk 9 ribu pasien yang mengalami luka akibat ledakan, tembakan, dan kekerasan lainnya.

“Kadang-kadang puluhan orang tiba di rumah sakit pada waktu yang sama setelah penembakan atau serangan udara terhadap daerah pemukiman dan pasar,” kata MSF.

Pada Minggu (5/1/2025), sebanyak 50 orang dilarikan ke ruang garurat darurat akibat serangan udara yang berjarak 1 km dari rumah sakit itu. Dari jumlah tersebut, 12 di antaranya telah meninggal dunia.

2. Pasokan medis kerap diblokir oleh militer Sudan

Rumah Sakit Bashair telah lama menghadapi kesulitan yang serius. Pada Oktober 2023, semua operasi dihentikan sementara lantaran pasokan bedah diblokir oleh militer Sudan. Pengiriman pasokan medis dan pergerakan staf dari pelabuhan Sudan juga telah diblokir selama lebih dari setahun. 

Sebelumnya, pada Juli 2024, MSF terpaksa menghentikan aktivitas medis di rumah sakit Turki terdekat akibat ancaman dan kekerasan terhadap staf mereka.

“Sungguh menyedihkan jika harus berhenti memberikan bantuan medis untuk menyelamatkan nyawa di rumah sakit ini, terutama mengingat kebutuhan medis yang begitu besar dan terus meningkat,” kata kata Claire San Filippo, koordinator darurat MSF.

“Setiap kali sebuah organisasi terpaksa menghentikan aktivitasnya, pasien mempunyai akses yang lebih sedikit terhadap perawatan medis yang sangat mereka butuhkan. Rumah sakit harus menjadi tempat di mana masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan tanpa mempertaruhkan nyawa mereka dan di mana para profesional medis dapat memberikan perawatan dengan aman," ungkapnya.

3. Situasi di Sudan tidak memungkinkan untuk merawat pasien dengan aman

Sekretaris Jenderal MSF, Christopher Lockyear, mengatakan bahwa penghentian kegiatan medis di Rumah Sakit Bashair merupakan keputusan tragis yang tidak diambil dengan mudah. Ia menjelaskan bahwa keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan semua pihak yang bertikai.

“Kami tidak bisa terus beroperasi dalam situasi yang penuh kekerasan seperti itu,” tambahnya, dikutip dari DW.

Meski demikian, MSF menyatakan bahwa mereka masih terus bekerja di 11 negara bagian Sudan, termasuk kota Omdurman di negara bagian Khartoum. Mereka berharap kondisi kedepannya akan segera membaik sehingga memungkinkan mereka untuk kembali beroperasi di Rumah Sakit Bashair.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us