Perdamaian Selat Taiwan Pengaruhi Stabilitas Indo-Pasifik

- Seminar khusus oleh TETO dan Binus University membahas ketegangan di Selat Taiwan
- Potensi invasi China ke Taiwan berdampak pada rantai pasokan semikonduktor global dan hubungan kerja sama pertanian antara Taiwan dan Indonesia
Jakarta, IDN Times - Taipei Economic and Trade Office in Indonesia (TETO) bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara (Binus University) menyelenggarakan seminar khusus.
Seminar itu digelar dengan tema 'Flashpoint Formosa: Menanggapi Meningkatnya Ketegangan Lintas Selat di Bidang Keamanan, Teknologi, dan Pertanian Asia Tenggara' di Kampus Kijang Universitas Binus, Jakarta Barat.
1. Digelar untuk meningkatkan perhatian seluruh lapisan masyarakat

Acara ini ditujukan bagi alumni lulusan Taiwan untuk meningkatkan perhatian seluruh lapisan masyarakat di Indonesia terhadap isu Selat Taiwan serta mempererat pertukaran dan koneksi antar alumni Taiwan.
Keseluruhan acara disiarkan langsung secara online secara serentak, dengan jumlah peserta lebih dari 80 orang yang hadir secara fisik dan juga online.
2. Perdamaian Selat Taiwan berkaitan dengan stabilitas di Indo-Pasifik

Deputy Representative TETO, Steve Chen, dalam sambutannya menyampaikan bahwa perdamaian di Selat Taiwan berkaitan dengan keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik.
"Serta pengoperasian normal rantai pasokan semikonduktor global dan ketahanan pangan regional," ujar dia.
3. Jika China invansi Taiwan, perekonomian dunia akan merugi

Steve pun mengajak semua lapisan masyarakat di Indonesia dan komunitas internasional untuk membantah kesalahan penafsiran China terhadap Resolusi 2758 PBB yang secara tidak tepat dihubungkan dengan 'prinsip satu China' dan menghalangi partisipasi internasional Taiwan.
Menurutnya, Taiwan memainkan peran kunci dalam rantai pasokan semikonduktor global. Jika China menginvasi Taiwan, diperkirakan akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi dunia sebesar lebih dari 10 triliun dolar AS atau sekitar 10 persen PDB global.
"Hal ini merupakan ancaman serius bagi lebih dari satu juta diaspora negara-negara Asia Tenggara di Taiwan (lebih dari 400 ribu di antaranya adalah diaspora Indonesia) dan akan berdampak pada hubungan kerja sama jangka panjang di bidang pertanian antara Taiwan dan Indonesia, yang berpengaruh pada perkembangan modernisasi pertanian dan kemandirian pangan di Indonesia," ucap dia.