Presiden Brasil Kesal Batal Bertemu Zelenskyy karena Ngaret

Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan bahwa dirinya kesal karena tidak jadi bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di KTT G7. Lula menambahkan bahwa Ukraina tampaknya tidak tertarik untuk merundingkan perdamaian dengan Rusia.
Zelenskyy, yang hadir di KTT di Hiroshima, dikabarkan telah meminta pertemuan empat mata dengan Lula. Presiden Brasil itu dianggap bersikap lunak terhadap Rusia atas invasi sejak Februari 2022 lalu.
1. Alasan pertemuan antara Lula dan Zelenskyy dibatalkan

Pertemuan kedua kepala negara dibatalkan akibat Zelenskyy terlambat. Hal tersebut membuat Lula geram, karena Zelenskyy sendiri yang meminta pertemuan tersebut.
“Saya tidak kecewa. Saya kesal, karena saya ingin bertemu dengannya dan membicarakan masalah ini,” kata Lula pada Senin (22/5/2023), dalam konferensi pers sebelum pulang dari Jepang, dilansir Arab News.
“Zelensky sudah dewasa. Dia tahu apa yang dia lakukan," tambah Lula.
Lula mengatakan bahwa timnya telah menjadwalkan pertemuan dengan Zelensky pada Minggu (21/5/2023) siang.
2. Lula sebut Putin dan Zelenskyy tidak ingin berdamai

Brasil sendiri tidak ingin masuk ke dalam konflik dingin blok Rusia dan blok Amerika Serikat dalam situasi di Ukraina.
Lula mengaku tidak melihat pentingnya bertemu Zelenskyy sekarang. Selain itu, dia juga menyebut Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin tampak tidak menginginkan perdamaian.
“Untuk saat ini, mereka berdua yakin akan memenangkan perang,” katanya, dilansir South China Morning Post.
Setelah itu, Lula melunakkan retorikanya dan mengatakan Brasil mengutuk invasi Rusia. Walau begitu, Lula baru saja menyindir Amerika Serikat (AS) bahwa sanksi-sanksi yang diberikan terhadap Rusia tampaknya tidak membantu.
3. Brasil ajukan jadi mediator damai Ukraina-Rusia

Lula mendorong pembicaraan damai dan telah mengusulkan Brasil sebagai mediator. Beberapa negara lainnya juga diusulkan menjadi mediator Ukraina-Rusia seperti Indonesia, India, dan China.
Walau begitu, Lula menyatakan hanya Rusia dan Ukraina yang memiliki wewenang untuk memilih mediator pada akhirnya.
“Saya tidak berjuang untuk menjadi mediator. Itu harus seseorang yang disetujui oleh kedua belah pihak, ”tambahnya, dilansir EFE.