Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Albania, Negeri di Eropa dengan Mayoritas Penduduk Islam

bendera Albania (Pexels.com/Petrit Nikolli)

Jakarta, IDN Times - Albania adalah satu-satunya negara di Eropa yang mayoritas penduduknya Islam. Namun negara ini juga disebut sebagai satu-satunya negara muslim di dunia yang tidak memiliki masjid-masjid megah. Hal ini karena Albania mengalami periode komunis pada 1945-1990, yang membatasi praktik agama.

Meskipun mayoritas penduduknya Islam, Albania memiliki minoritas etnis yang signifikan, seperti orang-orang Yunani, Macedonia, dan Serbia. Banyak dari mereka menganut Kristen dan Yahudi.

Albania merupakan negara anggota NATO dan saat ini masih dalam proses untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Dengan catatan tersebut, Albania merupakan dari sedikit negara mayoritas penduduk muslim di dunia, yang terbuka untuk integrasi dengan Eropa dan dunia Barat.

Berikut ini adalah fakta-fakta negara Republik Albania!

1. Sistem pemerintahan

ilustrasi (Unsplash.com/Monique Snijder)

Albania merupakan negara yang berada di Semenanjung Balkan. Negara ini berbatasan dengan Yunani di bagian selatan, Makedonia Utara dan Kosovo di bagian timur, Montenegro di bagian utara, dan Laut Adriatik di bagian barat.

Sistem pemerintahan Albania saat ini adalah republik parlementer. Presiden sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan.

Pada 1998, dilansir Global Edge, Albania mengalami reformasi konstitusi. Akibatnya, negara itu kemudian memiliki sistem multipartai, dengan beberapa partai bersaing memenangkan pemilihan umum (pemilu).

Sebelumnya, Albania pernah diperintah oleh rezim komunis yang berkuasa dari 1946 hingga 1992 dengan Partai Buruh yang memegang kendali penuh.

Usai jatuhnya komunisme, Albania kemudian mengadopsi demokrasi multipartai dan mengubah sistem pemerintahannya menjadi seperti yang ada saat ini.

2. Wilayah jajahan Romawi

ilustrasi (Pixabay.com/juliacasado1)

Jauh sebelum Albania menjadi republik merdeka, negara itu memiliki catatan panjang sebagai wilayah jajahan. Leluhur orang Albania disebut sebagai orang Illiria. Mereka berkonflik dengan bangsa Roma dan ditaklukkan oleh Romawi sekitar tahun 167 Sebelum Masehi.

Local Histories menjelaskan, selama di bawah kekuasaan Romawi, Albania sebagai wilayah jajahan dapat dibilang mengalami kemakmuran. Bangsa Romawi membagun jalan di daerah dan kota.

Namun, Romawi yang memiliki kekuatan besar pada 395 terbagi menjadi dua, yakni Kekaisaran Romawi Timur dan Barat. Albania ikut terpengaruh, di mana wilayah tersebut kemudian dimiliki Kekaisaran Romawi Timur atau yang lebih dikenal dengan Kekaisaran Bizantium. Wilayah ini berada di bawah kekuasaan Romawi selama sekitar 500 tahun.

3. Diperebutkan para penjajah

bendera Albania (Pixabay.com/5075933)

Sebagai bagian dari Kekaisaran Bizantium, Albania berada di posisi perbatasan dengan pertahanan yang bisa dinilai lemah serta rapuh. Suku bangsa Jermanik kerap menginvasi wilayah ini di sekitar abad ke-4 hingga ke-6. Meski begitu, Albania tak tertaklukkan di bawah Bizantium.

Di abad ke-10, Albania dihajar oleh Bulgaria dan dikuasai pasukan dari utara itu. Namun Bizantium akhirnya dapat merebut kembali wilayah itu pada awal abad ke-11 ketika dipimpin oleh Kaisar Basil II.

Pada era Perang Salib, Tentara Salib di abad ke-13 merebut Konstantinopel dan membuat Albania lepas dari kendali Bizantium. Meski begitu, ia kemudian menjadi rebutan oleh bangsa lain.

Bangsa Venesia menguasai Albania di bagian tengah dan selatan, dan menguasai pelabuhan-pelabuhan utama. Lalu, Yunani menyerang wilayah ini dan menguasai daerah pedalaman.

Dijelaskan Future Venetian, bangsa Venesia tetap memiliki benteng untuk melindungi pelabuhan di Albania, demi menjaga jalur laut di daerah tersebut, meski banyak serangan dari bangsa lain.

Pada era ini, Venesia berhadapan dengan ekspansi pasukan Dinasti Turki Utsmani sampai sekitar abad ke-15. Warga Albania yang disebut tidak mau dikuasai Turki, memilih bergabung dengan Venesia. Tapi pihak Venesia yang tidak mau mengambil risiko besar, lebih memihak Turki.

Meski ada upaya menjaga agar tidak bentrok, tapi Venesia dan Turki Utsmani akhinya terlibat peperangan. Pada akhir 1400-an, Albania jatuh terhuyung dihajar pasukan Turki yang membuat Venesia kehilangan sebagian besar wilayahnya.

4. Berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani

ilustrasi (Unsplash.com/Abenteuer Albanien)

Kekuatan tempur pasukan Turki Utsmani yang melakukan ekspansi ke Eropa banyak membuat tentara Eropa gentar. Di Albania, wilayah itu kemudian sebagian besar ditaklukkan oleh Turki Utsmani.

Beberapa pemberontakan oleh penduduk Albania terjadi di bagian utara. Tapi pemberontakan berhasil dipadamkan. Selama berada di bawah kekuasaan Turki, banyak anak laki-laki keluarga Kristen Albania direkrut sebagai prajurit janissari, atau prajurit khusus Turki Utsmani, dikutip dari Country Studies.

Seiring berjalannya waktu, Turki Utsmani yang dominan dengan Islamnya kemudian memengaruhi Albania. Di awal abad ke-17, banyak warga Albania masuk Islam kemudian bermigrasi ke wilayah lain di dalam Kekaisaran Turki Utsmani. Bahkan, beberapa warga Albania berhasil menaiki jabatan sebagai wazir agung atau menteri tertinggi.

Beberapa pemberontakan terjadi di wilayah ini, khususnya warga Albania Kristen dan Katolik. Pemberontakan lain, yang menjadi cikal bakal gerakan nasionalis Albania, berasal dari sekte Islam mistik bernama kelompok Bektashi.

Kelompok ini memiliki ciri-ciri ajaran pra-Islam Turki, menggunakan anggur dalam upacara keagamaan meski Islam melarang alkohol. Bektashi menjadi kelompok agama terbesar di Albania selatan hingga abad ke-19 dan berperan melahirkan gerakan nasionalisme.

5. Albania di tengah dua Perang Dunia

ilustrasi perang (Pixabay.com/jarmoluk)

Menurunnya kekuatan Turki dan bangkitnya nasionalisme memicu pemberontakan di Albania. Mereka masuk dalam Liga Balkan dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 28 November 1912.

Namun, situasi politik Albania masih tidak tentu dengan perbatasan negara yang belum pasti. Pada 1914, wilayah itu terpecah tanpa pemerintahan pusat. Terjadinya Perang Dunia I turut memperkeruh wilayah ini dan dikuasai oleh kekuatan eksternal seperti Bulgaria, Italia, dan Yunani.

Pada 1918, pemerintahan sementara dibuat, dipimpin oleh Ahmet Zogu. Pada 1924, Zogu mulai menjadi diktator dan membuat dirinya sebagai Raja Zog dari Albania, kutip Local Histories.

Menjelang Perang Dunia II, Albania dikuasai Italia setelah Mussolini menginvasi negara itu. Partai Komunis terbentuk di wilayah ini dan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Italia.

Kekalahan Italia pada Perang Dunia II membuat Jerman turun tangan dan menduduki wilayah tersebut. Menjelang akhir Perang Dunia II, Jerman mulai menarik diri dari Albania, dan komunis membentuk pemerintahan sementara, dipimpin oleh Enver Hoxha.

6. Negara atheis Albania yang kemudian runtuh

ilustrasi (Pexels.com/Marsel Dajçi)

Enver Hoxha dibantu oleh Mehmet Shehu, muncul sebagai tokoh dominan Albania, berupaya menjaga kemerdekaan dan membentuk negara sesuai dengan ajaran Stalinisme. Hoxha dan Shehu mendominasi Albania dan menjadi klien Uni Soviet.

Panasnya hubungan Soviet dengan China membuat Albania berkawan dengan Beijing. China banyak memberi bantuan ekonomi ke negara itu. Pada 1967, menurut BBC, Albania mendeklarasikan diri sebagai negara atheis pertama di dunia dan menutup rumah ibadah yang ada di wilayahnya.

Politik dunia bergerak dan sejak China mulai membuka dari isolasi diri serta melakukan rekonsiliasi hubungan dengan Amerika Serikat, hubungan dengan Albania menjadi tegang. Usai meninggalnya Mao, ini membuat hubungan China-Albania benar-benar membeku.

Pemimpin diktator komunis Enver Hoxha meninggal pada 1985, usai ekonomi negara itu carut-marut, tapi pemerintahan diktator terus berlanjut. Pada 1990, reformasi mulai bergerak di Albania dengan mahasiswa turun ke jalan dan kebebasan beragama diperkenalkan kembali dengan dominasi Islam.

Ekonomi Albania masih terus tidak tentu dan bahkan kekacauan pernah terjadi pada 1998. Kini, stabilitas mulai kembali di Albania dan pada 2009, negara itu bergabung dengan NATO. Albania juga sedan berupaya bergabung dengan Uni Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us