Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Naim Qassem: Kandidat Pemimpin Hizbullah Pegganti Nasrallah

Naim Qassem (flickr.com/Sebastian Baryl)

Jakarta, IDN Times - Sheikh Naim Qassem telah menjadi kepala sementara Hizbullah sejak pemimpin kelompok tersebut, Hassan Nasrallah, terbunuh dalam serangan Israel di Lebanon pada September.

Sama seperti Nasrallah, Qassem termasuk salah satu anggota pendiri partai politik dan kelompok bersenjata Syiah tersebut. Pria berusia 71 tahun ini juga merupakan salah juru bicara utama Hizbullah dan sering melakukan wawancara dengan media asing, termasuk ketika permusuhan lintas batas dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.

Dalam pidatonya pekan lalu, ia mengklaim bahwa kemampuan militer kelompok tersebut masih utuh dan Israel hanya akan semakin menderita jika pertempuran terus berlanjut.

1. Aktivitas politiknya dimulai pada 1970-an

Qassem lahir di Kfar Fila, sebuah kota di Lebanon selatan, pada 1953. Ia belajar kimia di Universitas Lebanon dan pernah mengajar sebagai guru kimia selama beberapa tahun.

Pada saat yang sama, ia juga menempuh studi agama dan berpartisipasi dalam pendirian Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan kepatuhan beragama di kalangan mahasiswa.

Pada 1970-an, Qassem bergabung dengan Gerakan Orang-Orang yang Terpinggirkan, sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Imam Moussa Sadr untuk mewakili komunitas Syiah di Lebanon, yang secara historis sering diabaikan dan hidup dalam kemiskinan. Kelompok ini kemudian berubah menjadi gerakan Amal, salah satu kelompok bersenjata utama dalam perang saudara di Lebanon, dan kini menjadi partai politik yang kuat.

Usai meninggalkan Amal, Qassem membantu mendirikan Hizbullah pada awal 1980-an dan menjadi salah satu ulama pendiri kelompok tersebut. Ia diketahui memiliki enam orang anak.

2. Menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah pada 1991

Tidak semua peran Qassem dalam Hizbullah diketahui publik, mengingat sifat kelompok tersebut yang cukup rahasia. Namun, ia diketahui pernah mengawasi sebagian jaringan pendidikan Hizbullah dan terlibat dalam pengawasan kegiatan parlemen kelompok itu.

Qassem terpilih sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah pada 1991, di bawah kepemimpinan pendahulu Nasrallah, Abbas al-Musawi, yang juga dibunuh oleh Israel setahun kemudian.

Ia telah memainkan peran penting dalam urusan publik selama bertahun-tahun, dan merupakan anggota Dewan Syura kelompok tersebut. Pada 2005, ia menerbitkan buku berjudul "Hizbullah, Kisah dari Dalam", yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.

Mohanad Hage Ali, peneliti senior di wadah pemikir Carnegie Middle East Center yang meneliti Hizbullah, mengatakan bahwa Qassem dianggap lebih ekstrem dibandingkan Nasrallah, setidaknya dalam pernyataan publiknya, dilansir dari Associated Press.

3. Termasuk sosok yang dianggap sebagai calon pengganti Nasrallah

Qassem merupakan anggota pertama dari jajaran pimpinan tertinggi Hizbullah yang memberikan pernyataan di televisi setelah kematian Nasrallah dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada 27 September.

Pada 30 September, Qassem mengatakan bahwa Hizbullah akan memilih pengganti Nasrallah secepat mungkin dan akan terus melawan Israel.

“Apa yang kami lakukan hanyalah upaya minimal. Kami tahu bahwa perjuangan ini mungkin akan berlangsung lama,” katanya.

Nama Qassem sendiri termasuk dalam daftar calon pengganti Nasrallah setelah Hashem Safieddine, yang dianggap sebagai kandidat terkuat untuk menjadi sekretaris jenderal berikutnya. Namun, nasib Safieddine sejauh ini masih belum jelas setelah ia menjadi target serangan udara Israel di Beirut awal bulan ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us