Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan Warga Georgia Demo Tolak Hasil Pemilu Daerah

ilustrasi bendera Georgia (pexels.com/kokorevas)
ilustrasi bendera Georgia (pexels.com/kokorevas)
Intinya sih...
  • Demonstrasi digelar bersamaan dengan pemilu daerah di Georgia
  • PM Georgia akan menindak keras demonstran di Tbilisi
  • UE kecam kekerasan kepada demonstran di Georgia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Georgia mengadakan demonstrasi akbar menyusul kemenangan Partai Georgian Dream (GD) dalam pemilihan umum (pemilu) daerah. Sejumlah demonstran bahkan mencoba untuk masuk ke dalam Istana Kepresidenan di Tbilisi. 

Aksi ini menjadi serangkaian demonstrasi di Georgia di bawah kepemimpinan GD dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, GD sudah melakukan sejumlah upaya yang justru menjauhkan negaranya Uni Eropa (UE) dan menghalangi aksesi dalam blok Eropa. 

Kebijakan itu memicu tensi antara Georgia dan UE dalam setahun terakhir. Meskipun demikian, Georgia di bawah kepemimpinan GD juga enggan untuk menerima tawaran Rusia untuk menormalisasi hubungan diplomatik imbas masalah Abkhazia dan Ossetia Selatan. 

1. Demonstrasi digelar bersamaan dengan pemilu daerah

Demonstrasi di Georgia kali ini digelar bersamaan dengan penyelenggaraan pemilu daerah di Georgia. Demonstran kemudian melakukan long-march menuju ke Istana Kepresidenan dan mencoba masuk ke dalam meski dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Polisi mengaku sudah menangkap lima demonstran. 

Dilansir BBC, sejumlah oposisi pro-Barat melakukan boikot untuk menolak penyelenggaraan pemilu daerah di Georgia. Setelah boikot seperti sudah diduga, GD kembali dinyatakan menang dalam pemilu daerah di Georgia dengan lebih dari 80 persen suara. 

Sementara itu, suara GD berhasil mendapatkan dukungan besar di daerah menyusul kampanye dengan pesan perdamaian dari ancaman Rusia. Sedangkan di Tbilisi dan beberapa kota besar, warga mempercayai bahwa pemerintahan GD bertindak atas kepentingan Rusia. 

2. PM Georgia akan menindak keras demonstran di Tbilisi

Perdana Menteri (PM) Georgia, Irakli Kobakhidze mengungkapkan, akan menindak keras demonstran di Tbilisi. Pernyataan ini disampaikan menyusul demonstrasi anti-pemerintah yang berujung kerusuhan dengan aparat keamanan. 

“Tidak ada satu pun yang bisa melarikan diri dari tanggung jawab. Ini termasuk dalam tanggung jawab politik yang harus dipenuhi oleh seluruh warga negara,” ungkapnya, dikutip dari Politico, pada Senin (6/10/2025).

Tak hanya itu, Kobakhidze juga menuding Duta Besar UE di Georgia, Pawel Herczynski mengintervensi kepentingan politik negaranya. Menurutnya, UE sudah mendukung upaya untuk menggulingkan aturan konstitusional di Georgia. 

3. UE kecam kekerasan kepada demonstran di Georgia

bendera Uni Eropa. (unsplash.com/alexandrelallemand)
bendera Uni Eropa. (unsplash.com/alexandrelallemand)

Wakil Luar Negeri UE, Kaja Kallas menyebut bahwa pemerintah Georgia telah melakukan kekerasan kepada demonstran. Ia meminta, otoritas Georgia untuk membebaskan semua demonstran yang ditangkap secara paksa. 

“Setelah berbulan-bulan penggerebekan media independen, penetapan target kepada masyarakat sipil, penangkapan oposisi, dan aktivis sehingga ini mengurangi kemungkinan pemilu yang kompetitif dan adil. Alhasil, sebagian besar oposisi memboikot pemilu dan hasilnya suara mereka relatif rendah,” tuturnya, dikutip dari Civil.

Di sisi lain, mantan Presiden Georgia, Salome Zourabichvili menggambarkan bahwa upaya untuk mengambilalih istana adalah sebuah hinaan dari rezim untuk mendiskreditkan demonstran. Ia berjanji akan bersama dengan rakyat untuk mendesak pemilu ulang. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Dua Tahun Perang Gaza, Israel-Hamas Kembali Gelar Perundingan di Mesir

07 Okt 2025, 12:47 WIBNews