Rusia Diduga Sebarkan Video Hoaks Pemusnahan Suara Trump

Jakarta, IDN Times - Rusia dituduh sebagai pelaku di balik video viral yang menampilkan pemusnahan surat suara mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di negara bagian Pennsylvania.
Video yang ditayangkan di platform X menunjukkan seorang pria merobek surat suara mail-in yang disebut-sebut berasal dari wilayah Bucks County.
Pada Jumat (25/10/2024), pejabat AS menyatakan bahwa video itu adalah bagian dari operasi disinformasi untuk mempengaruhi pemilu AS mendatang. Sementara itu, Dewan Pemilihan Bucks County memastikan bahwa materi dalam video tersebut tidak autentik dan bukan berasal dari mereka.
1. Pengungkapan hoaks oleh pihak berwenang
Video yang tersebar di platform media sosial itu telah mencapai jutaan penonton, memicu kekhawatiran mengenai pengaruh pihak asing dalam pemilu AS. Pejabat keamanan siber menyatakan video tersebut didesain untuk merusak kepercayaan masyarakat terhadap integritas pemilu.
"Video ini adalah contoh nyata dari upaya pihak luar untuk memecah belah masyarakat AS," ungkap seorang analis di Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA).
Selain memalsukan surat suara, video itu juga menggunakan simbol-simbol yang terlihat resmi untuk memperkuat kredibilitasnya. Para ahli menyatakan, penggunaan simbol ini bagian dari teknik manipulasi yang sering digunakan dalam disinformasi.
“Penting bagi masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda manipulasi dalam video semacam ini,” kata peneliti keamanan digital, dikutip dari The Guardian.
2. Keterlibatan Rusia dalam kampanye disinformasi
Badan Intelijen Nasional (ODNI), FBI, dan CISA menyebut video ini sebagai bagian dari operasi disinformasi Rusia untuk menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemilu AS. Mereka menyatakan, operasi semacam ini sudah lama menjadi bagian dari strategi Rusia untuk menimbulkan keraguan terhadap stabilitas demokrasi di AS.
“Operasi ini bukanlah kejadian baru, namun sudah terstruktur untuk mempengaruhi persepsi publik,” ujar seorang pejabat ODNI.
Para peneliti mengaitkan video tersebut dengan jaringan disinformasi yang dikenal sebagai Storm-1516, kelompok yang dikaitkan dengan kepentingan Kremlin. Storm-1516 disebut kerap memproduksi konten-konten palsu yang dirancang untuk memperburuk reputasi kandidat tertentu.
“Kami telah mengidentifikasi akun yang mengunggah video ini sebagai bagian dari jaringan Storm-1516, yang dikenal sering menyebarkan narasi pro-Rusia,” kata Darren Linvill, pakar di Clemson University, dikutip dari NDTV.
Strategi ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang Rusia untuk memperlemah demokrasi Amerika dan meningkatkan ketegangan sosial di antara warga AS. Selain menyebarkan video palsu, Storm-1516 juga diketahui menyebarkan konspirasi tentang kandidat lainnya, termasuk upaya untuk mengganggu kampanye Kamala Harris.
3. Kekhawatiran meningkatnya disinformasi jelang pemilu
AS memperingatkan bahwa taktik disinformasi dari Rusia, serta dari negara lain seperti Iran dan Cina, akan semakin intens menjelang hari pemilihan pada 5 November. Laporan terbaru menyebut bahwa kampanye disinformasi akan menggunakan teknik baru, termasuk konten yang diperkuat dengan kecerdasan buatan.
“Penggunaan AI untuk memperkuat narasi palsu adalah ancaman serius dalam pemilu kali ini,” ujar seorang pejabat keamanan, dilansir dari Arab News.
Laporan dari Microsoft Threat Analysis Center menyatakan, disinformasi yang diarahkan kepada Kamala Harris dan rekan politiknya, Tim Walz, semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir. Laporan itu juga menyebut bahwa konten disinformasi sering kali dibuat dengan memanfaatkan isu-isu yang sensitif secara politik.
“Orang-orang memanfaatkan segala cara untuk menambah ketegangan, mulai dari isu sosial hingga politik,” kata juru bicara Microsoft.