Rusia Sebut Vatikan Tidak Cocok untuk Negosiasi Damai

- Menteri Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa Vatikan tidak cocok untuk negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.
- Rusia berkomitmen pada perdamaian dengan Ukraina dan akan mengajukan dokumen negosiasi perdamaian baru.
- Rusia dan Ukraina telah melakukan pertukaran tawanan perang terbesar di Istanbul, meskipun masih ada ketegangan antara keduanya.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov, menyebut bahwa Vatikan bukanlah lokasi yang cocok untuk mengadakan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.
"Banyak orang yang berfantasi terkait kapan dan di mana negosiasi damai diselenggarakan. Kami tidak memiliki ide ini saat ini. Bayangkan jika Vatikan jadi lokasi negosiasi. Tentu ini tidak elegan bagi negara-negara Ortodoks mengadakan acara di negara Katolik," tuturnya pada Jumat (23/5/2025), dilansir The Moscow Times.
Lavrov menyebut bahwa masih belum ada kesepakatan dengan Ukraina terkait dengan perundingan damai lanjutan. Sebelumnya, kedua negara telah mengadakan negosiasi damai di Istanbul, Turki.
1. Rusia akan ajukan dokumen negosiasi damai baru kepada Ukraina

Lavrov mengungkapkan bahwa Rusia berkomitmen pada perdamaian. Ia menyebut, Moskow akan mengajukan sebuah dokumen negosiasi perdamaian baru kepada Ukraina.
"Kami berkomitmen pada hasil yang disepakati dalam pertemuan di Istanbul. Setelah semua pertukaran tawanan perang selesai, kami akan mengajukan kepada Ukraina dokumen untuk difinalisasi," terangnya, dikutip TVP World.
Ia menyebut, Moskow sedang bekerja menjelang pertemuan Istanbul jilid kedua yang meliputi penyerahan dokumen kondisi yang diharapkan oleh kedua belah pihak dalam mencapai perdamaian jangka panjang.
Namun, Lavrov menyebut, Rusia tidak akan membiarkan warga penutur bahasa Rusia di Ukraina tetap berada di bawah rezim otoriter yang dipimpin oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
2. Rusia dan Ukraina adakan pertukaran tawanan putaran pertama

Pada hari yang sama, Rusia dan Ukraina sudah mengadakan pertukaran tawanan perang terbesar sesuai dalam negosiasi damai di Istanbul. Proses pertukaran ini dilakukan pada putaran pertama.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa Ukraina sudah memulangkan 270 tawanan perang Rusia dan 120 warga sipil. Pihaknya menyebut, ratusan orang tersebut sudah mendapatkan perawatan medis di Belarus.
Pekan lalu, Rusia dan Ukraina sudah pertukaran 1.000 tawanan dari masing-masing pihak. Namun, keduanya tidak pernah mengumumkan di mana dan kapan pertukaran tawanan perang itu dilaksanakan.
3. Zelenskyy tolak proposal perdamaian sepihak dari Rusia

Zelenskyy menyebut bahwa pernyataan Rusia terkait pembuatan proposal perdamaian sepihak adalah sebuah hinaan kepada seluruh dunia. Ia menyebut, Moskow tidak mendukung gencatan senjata penuh dengan Ukraina.
"Ketika ini Rusia membutuhkan waktu sepekan untuk memformulasi memorandum perjanjian perdamaian sepihak dalam menanggapi tawaran gencatan senjata. Ini artinya mereka menghina seluruh dunia. Kami butuh gencatan senjata. Kami butuh langkah serius untuk mengakhiri perang," tuturnya, dilansir The Kyiv Independent.
Ia menambahkan, Moskow terus melanjutkan memblokir progres berarti menyusul pertukaran tawanan perang. Ia pun mendesak seluruh dunia untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia agar bersedia berdamai.