Rusia: Zelenskyy Layak Dipukul saat Ribut dengan Trump

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, pada Jumat (28/2/2025), mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mampu menahan diri menyusul perselisihannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih.
Dalam beberapa pekan terakhir, Zelenskyy dan Trump bersitegang karena saling melontarkan hinaan. Trump bahkan sempat menyebut Zelenskyy sebagai diktator dan mendesaknya mundur dari jabatannya sebagai presiden di Ukraina.
1. Sebut Zelenskyy layak mendapatkan pukulan
Zakharova mengatakan, Trump seharusnya dapat memukul Zelenskyy ketika berselisih di Gedung Putih. Ia menambahkan bahwa Zelenskyy sebagai seorang pembohong besar.
"Saya pikir kebohongan terbesar Zelenskyy dari semua kebohongannya selama ini adalah mengenai deklarasinya di Gedung Putih. Ia menyebut bahwa rezim Kiev pada 2022 sendirian tanpa mendapatkan dukungan dari siapapun. Bagaimana Trump dan Wakil Presiden JD Vance tidak memukulnya," tuturnya, dikutip The Moscow Times.
Sementara itu, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut Zelenskyy sebagai seorang babi yang kurang ajar.
Di sisi lain, Kepala Badan Penanaman Modal Rusia, Kirill Dmitriev mengklaim bahwa konfrontasi antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih adalah sejarah baru.
2. Klaim sikap Zelenskyy bisa berbuntut pada tewasnya lebih banyak warga Ukraina

Kepala Badan Kerja sama Kemanusiaan Internasional, Yevgeny Primakov, mengatakan bahwa Zelenskyy tertarik pada tewasnya warga sipil di Ukraina menyusul perselisihan dengan Trump di Gedung Putih.
"Semua orang melihatnya. Saya hanya dapat mengatakan bahwa sikap rezim Kiev adalah provokator. Sekarang Zelenskyy dan rekannya lebih tertarik untuk memprovokasi yang berdampak pada tewasnya waga sipil yang lebih besar dibanding sebelumnya," tuturnya, dilansir Tass.
Ia mengklaim bahwa Kiev masih memiliki beberapa jalan untuk menyelamatkan wajahnya. Ia menyebut, Ukraina bisa saja membiarkan warganya tewas dan yang termudah adalah menyalahkan Rusia atas tewasnya warga negaranya.
3. AS setujui Darchiev menjadi Dubes Rusia di Washington
Pada hari yang sama, AS menyetujui penunjukan Alexander Darchiev sebagai Duta Besar (Dubes) Rusia di Washington yang baru. Penunjukannya menjadi sinyal membaiknya hubungan AS-Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Penetapan Darchiev sebagai perwakilan baru di AS sudah disiapkan sejak Oktober 2024 setelah pendahulunya, Anatoly Antonov, memutuskan kembali ke Moskow. Dialog antara Washington dan Moskow di Turki telah menghasilkan kesepakatan penunjukkan Darchiev.
Darchiev dikenal sebagai sosok diplomat berpengalaman yang pernah menjadi sebagai Dubes Rusia di Washington pada akhir 2000-an. Ia kemudian pernah ditunjuk menjadi Dubes Rusia di Kanada dan mengepalai Departemen Urusan Amerika Udara di Kementerian Luar Negeri Rusia.