Eropa Tegas Dukung Zelenskyy Usai Bertengkar dengan Trump

- Pemimpin Eropa mendukung Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pertengkaran dengan Presiden AS Donald Trump.
- Pertengkaran dimulai ketika Trump meminta Zelensky menerima gencatan senjata dengan Rusia di depan media.
- Sejumlah pemimpin Eropa, seperti Perdana Menteri Inggris dan Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, menyerukan pertemuan untuk membahas perang Ukraina.
Jakarta, IDN Times - Pertengkaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendapat respons dari pemimpin dunia. Negara-negara Eropa, khususnya, memberikan dukungan mereka pada Zelenskyy.
Sejumlah pemimpin negara yang mayoritas 'musuh' Rusia ini menyayangkan tindakan Trump, yang seakan memojokkan Zelenskyy. Menurut mereka, tidak sepatutnya masalah ini dibuka di depan media.
1. Awal pertengkaran dimulai

Pertengkaran dimulai ketika Zelenskyy dan Trump duduk berdampingan, dan hadirnya Wakil Presiden AS JD Vance. Suara ketiganya mulai meninggi, padahal ada media di hadapan mereka.
Dalam adu mulut tersebut, Trump meminta Zelensky menerima gencatan senjata dengan Rusia. "Anda akan mendapatkan gencatan senjata sekarang, saya sampaikan, Anda ambil (kesepakatan) itu, sehingga peluru berhenti terbang dan orang-orang Anda berhenti dibunuh," kata Trump pada Zelensky, dikutip dari video BBC, Sabtu (1/3/2025).
Trump ingin perdamaian dan gencatan senjata. Ia menyinggung mantan presiden Joe Biden yang disebutnya kurang pintar, yang semakin memantik pertempuran di Ukraina.
Trump menuturkan, Rusia ingin membuat kesepakatan dengan Ukraina. "Saya telah memberdayakan Anda untuk menjadi orang yang tangguh. Dan saya rasa, Anda tidak akan menjadi orang yang tangguh tanpa Amerika Serikat," seru Trump.
Presiden AS itu mengakui orang-orang Ukraina sangat pemberani. Namun, kata Trump, Zelenskyy harus mengambil keputusan untuk membuat kesepakatan atau tidak.
Trump memojokkan Zelenskyy dengan mengatakan, ia tidak memiliki kartu. Dan menurutnya, saat Zelenskyy sudah menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia, ia akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik.
"Namun, Anda sama sekali tidak menunjukkan rasa terima kasih. Dan itu bukan hal yang baik," ucap Trump.
2. AS gagal mendapatkan kesepakatan mineral Ukraina

Adu mulut keduanya berakhir dengan Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih, tanpa menandatangani kesepakatan mineral yang digembar-gemborkan. Ia juga menolak meminta maaf atas amarah yang meledak.
Namun, ia menyesali pertengkaran di hadapan publik itu. Zelenskyy menginginkan Trump lebih memihak Ukraina.
3. Eropa di belakang Zelenskyy

Hal ini mendapat sorotan dari sejumlah sekutu Ukraina di Eropa. Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer mengatakan ia telah berbicara dengan kedua pemimpin tersebut.
Starmer menempatkan dirinya sebagai mediator antara AS dan Eropa, saat pemerintahan Trump mengadopsi pendekatan yang lebih isolasionis terhadap benua itu.
"Sir Keir tetap mendukung Ukraina, dan melakukan semua yang ia bisa untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi," kata juru bicara tersebut.
Sementara, Friedrich Merz, yang diharapkan menjadi kanselir Jerman berikutnya, menulis ia mendukung Ukraina di masa-masa yang baik dan penuh ujian.
"Kita tidak boleh mencampuradukkan agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini," ujar Merz.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan, dunia jelas membutuhkan pemimpin baru. "Terserah kepada kita, orang Eropa, untuk menerima tantangan ini," tegasnya.
Sedangkan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyerukan agar Amerika Serikat, Eropa dan sekutu mereka berkumpul membahas perang Ukraina.
"Pertemuan puncak tanpa penundaan diperlukan untuk berbicara terus terang tentang bagaimana kita bermaksud mengatasi tantangan utama saat ini, dimulai dengan Ukraina, yang telah kita bela bersama dalam beberapa tahun terakhir," pungkasnya.