Rwanda akan Uji Coba Vaksin Virus Marburg

- Rwanda menerima 700 dosis vaksin Marburg dari Sabin Vaccine Institute AS.
- Vaksinasi difokuskan pada petugas kesehatan yang terpapar di pusat perawatan dan kontak dekat kasus yang dikonfirmasi.
- Penyakit Marburg ditularkan oleh kelelawar buah dan memiliki tingkat kematian hingga 88 persen.
Jakarta, IDN Times - Otoritas kesehatan Rwanda, pada Minggu (6/10/2024), mengatakan akan memulai uji coba vaksin virus Marburg. Penyakit tersebut sejauh ini telah menyebabkan 12 orang tewas di Rwanda.
Rwanda telah menerima 700 dosis vaksin yang sedang diuji coba dari Sabin Vaccine Institute yang berbasis di Amerika Serikat (AS) pada Sabtu. Uji klinis ini merupakan kerja sama dengan Pusat Biomedis Rwanda.
1. Vaksin difokuskan kepada petugas medis

Menteri Kesehatan Sabin Nsanzimana mengatakan vaksinasi akan difokuskan pada mereka yang paling berisiko, yaitu petugas kesehatan yang paling terpapar di pusat perawatan, di rumah sakit, di ICU, di unit gawat darurat, dan kontak dekat dari kasus yang dikonfirmasi.
“Kami percaya bahwa dengan vaksin, kami memiliki alat yang ampuh untuk menghentikan penyebaran virus ini,” kata Nsanzimana, dikutip dari Reuters.
Virus Marburg ditularkan ke manusia oleh kelelawar buah dan kemudian menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Gejala Marburg meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, dan malaise dalam tujuh hari setelah infeksi, kemudian mual, muntah, dan diare parah. Penyakit ini memiliki tingkat kematian hingga 88 persen.
2. Petugas kesehatan di enam distrik paling terdampak

Pemerintah Rwanda mengatakan ada 46 kasus yang dikonfirmasi, dengan 29 di antaranya sedang menjalani isolasi. Otoritas kesehatan telah mengidentifikasi sedikitnya 400 orang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi, dilansir dari Asosciated press.
Rwanda mengumumkan wabah Marburg pada 27 September dan melaporkan enam kematian sehari kemudian. Pihak berwenang mengatakan pada saat itu kasus pertama telah ditemukan di antara pasien di fasilitas kesehatan.
Sebagian besar yang terjangkit adalah petugas kesehatan di enam dari 30 distrik di negara itu. Beberapa pasien tinggal di distrik yang berbatasan dengan Kongo, Burundi, Uganda, dan Tanzania, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
3. Rwanda berusaha melawan penyebaran

Pemerintah telah meminta warga untuk menghindari kontak fisik guna membantu membendung penyebaran virus. Negara itu juga mengambil menangguhkan kunjungan ke sekolah dan rumah sakit serta membatasi jumlah orang yang menghadiri pemakaman korban Marburg. Acara doa bersama di rumah tidak diperbolehkan jika ada kematian terkait Marburg.
Kedutaan Besar AS di Kigali telah mendesak stafnya untuk bekerja jarak jauh dan menghindari kunjungan ke kantor.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah mencatat kasus wabah Marburg di Tanzania, Guinea Ekuatorial, Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan, Uganda dan Ghana,
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 1967 setelah menyebabkan wabah penyakit secara serentak di laboratorium di Marburg, Jerman, dan Belgrade, Serbia. Tujuh orang meninggal setelah terpapar virus tersebut saat melakukan penelitian pada monyet.