Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serangan Terkoordinasi di Niger Tewaskan 34 Tentara

Ilustrasi penyerangan kelompok (freepik.com/EyeEm)
Ilustrasi penyerangan kelompok (freepik.com/EyeEm)
Intinya sih...
  • Serangan terkoordinasi di pangkalan militer Niger tewaskan 34 tentara dan luka 14 lainnya, dilakukan oleh lebih dari 200 orang bersenjata yang menggunakan sepeda motor dan delapan kendaraan.
  • Sejak Mei, lebih dari 400 tentara tewas dalam serangan kelompok jihad di wilayah Sahel, yang terus dilanda kekerasan jihadist, dengan wilayah perbatasan yang minim kontrol menjadi zona rawan operasi ekstremis.
  • Pemerintah junta berkuasa sejak kudeta 2023 mendapat tekanan untuk menunjukkan kapasitas menghadapi ancaman keamanan, sementara warga Bani-Bangou mengungsi karena takut serangan susulan.

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 34 tentara tewas dan 14 lainnya terluka dalam serangan bersenjata di pangkalan militer Niger dekat perbatasan Mali, pada Kamis (19/6/2025). Kementerian Pertahanan Niger menyebut serangan itu dilakukan oleh lebih dari 200 orang bersenjata yang menggunakan sepeda motor dan delapan kendaraan dalam operasi terkoordinasi.

Serangan yang terjadi di Bani-Bangou ini menjadi salah satu insiden paling mematikan di wilayah Sahel, yang terus dilanda kekerasan jihadist.

1. Militer kewalahan hadapi jumlah penyerang

Serangan terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat di Bani-Bangou, wilayah Tillaberi, sekitar 250 kilometer dari ibu kota Niamey. Para penyerang, yang diduga terkait kelompok jihad seperti ISIS atau Al Qaeda, sempat merebut sejumlah posisi strategis sebelum mundur ke wilayah perbatasan Mali.

Pemerintah menyebut aksi tersebut sebagai pengecut dan biadab dalam pernyataan resmi yang disiarkan televisi nasional. Peringatan akan kemungkinan serangan telah diterima sehari sebelumnya setelah konvoi sepeda motor bersenjata terpantau mendekati Bani-Bangou. Namun, kekuatan dan kecepatan serangan mengejutkan pasukan penjaga.

"Kami sudah bersiaga, tetapi jumlah dan kecepatan mereka sangat luar biasa," ujar seorang pejabat militer.

Militer Niger langsung meluncurkan operasi pengejaran darat dan udara, namun belum ada laporan penangkapan atau identifikasi resmi terhadap kelompok pelaku. ISIS sebelumnya pernah mengklaim serangan serupa di wilayah ini.

2. Sebanyak 400 tentara tewas sejak Mei

Wilayah Sahel—mencakup Niger, Mali, dan Burkina Faso—terus dilanda serangan kelompok jihad yang terkait Al Qaeda dan ISIS. Insiden Bani-Bangou memperpanjang daftar kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 400 tentara sejak Mei 2025.

Kondisi keamanan semakin rapuh akibat kepemimpinan junta militer di ketiga negara. Wilayah perbatasan yang minim kontrol menjadi zona rawan operasi ekstremis.

"Serangan ini menunjukkan kemampuan kelompok jihad melakukan operasi besar dengan koordinasi tinggi," kata Rida Lyammouri, pakar Sahel dari Policy Center for the New South, dilansir BBC.

Militer Niger mengklaim telah menewaskan puluhan penyerang, namun tantangan mengamankan perbatasan tetap besar. Setelah memutus kerja sama dengan Barat, Niger kini mengandalkan dukungan Rusia, namun hasilnya masih belum signifikan.

3. Pemerintah janji perkuat keamanan, warga mengungsi

Pemerintah junta yang berkuasa sejak kudeta 2023 mendapat tekanan untuk menunjukkan kapasitas menghadapi ancaman keamanan. Lokasi terpencil dan keterbatasan logistik memperparah kerentanan pangkalan militer di perbatasan.

"Kami akan terus memperkuat posisi kami dan mengejar para teroris hingga ke sarang mereka," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Niger, dikutip dari Associated Press.

Pemerintah mengirim bala bantuan darat dan udara untuk mengamankan Bani-Bangou. Namun, para analis menekankan perlunya pendekatan jangka panjang.

"Militer saja tidak cukup, kami perlu melibatkan komunitas untuk memutus rantai perekrutan jihadist," ujar Héni Nsaibia, analis senior dari ACLED, dilansir The Washington Post.

Sementara itu, banyak warga Bani-Bangou dilaporkan mengungsi karena takut serangan susulan. Tillaberi tetap menjadi salah satu kawasan paling berbahaya di Sahel, dengan kekerasan yang terus meningkat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us