Simpati Indonesia untuk Korban Tewas Gempa Afghanistan

- Pemerintah Indonesia menyampaikan belasungkawa dan simpati kepada rakyat Afghanistan atas gempa dahsyat di provinsi Kunar dan Nangarhar.
- Korban tewas akibat gempa mencapai 610 orang, lebih dari 1.300 lainnya luka-luka, dengan proses evakuasi yang terus berlangsung.
- Gempa berkekuatan 6,0 magnitudo terjadi pada Minggu malam, menyebabkan sejumlah desa di Kunar rata dengan tanah dan akses jalan terhambat longsor.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyampaikan belasungkawa mendalam kepada rakyat Afghanistan atas gempa dahsyat yang mengguncang provinsi Kunar dan Nangarhar pada Minggu (31/8/2025) malam.
“Pemerintah dan rakyat Indonesia menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada rakyat Afghanistan, khususnya kepada keluarga yang ditinggalkan di Provinsi Kunar dan Nangarhar yang terkena dampak gempa bumi,” tulis Kemlu RI dalam pernyataan resmi yang diunggah di akun X, Senin (1/9/2025).
Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk terus mendukung upaya kemanusiaan di Afghanistan, termasuk melalui koordinasi dengan organisasi internasional.
Menurut laporan terbaru Kementerian Dalam Negeri Taliban, jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 610 orang, sementara lebih dari 1.300 lainnya luka-luka. Angka ini diperkirakan masih akan bertambah seiring proses evakuasi yang terus berlangsung.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,0 itu terjadi sekitar pukul 23:30 waktu setempat dengan kedalaman dangkal hanya 8 km. Episentrum berada 27 km timur Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar, dan terasa hingga Kabul serta Pakistan.
Sejumlah desa di Kunar dilaporkan rata dengan tanah. Warga masih banyak yang terjebak di bawah reruntuhan, sementara akses jalan menuju lokasi terhambat longsor akibat guncangan.
Pemerintah Taliban telah meminta bantuan dari lembaga internasional untuk mempercepat operasi pencarian dan penyelamatan. Jalan pegunungan yang sempit dan komunikasi yang terputus membuat evakuasi berjalan lambat.
“Situasi di lapangan sangat berat. Kami membutuhkan dukungan segera dari lembaga internasional untuk membantu korban yang masih terperangkap dan yang terluka,” ujar seorang pejabat Taliban.
Gempa ini menjadi salah satu yang paling mematikan di Afghanistan sejak bencana serupa melanda provinsi Herat pada Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 2.400 orang.