Staf Medis Palestina Hilang, Diduga Diculik Israel

- Asaad Nsasrah, staf medis Palestina yang hilang sejak serangan mematikan Israel di Rafah, Gaza selatan, bulan lalu ditahan di Israel.
- Nsasrah diculik secara paksa saat menjalankan tugas kemanusiaan dalam insiden pada 23 Maret 2025, di mana ada 15 paramedis dan petugas penyelamat Palestina tewas.
- Kabar lokasi penahanan Nsasrah masih belum diketahui, dan ICRC terus menyerukan akses ke seluruh tempat penahanan di Israel.
Jakarta, IDN Times - Asaad Nsasrah, staf medis Palestina yang hilang sejak serangan mematikan Israel di Rafah, Gaza selatan, bulan lalu saat ini ditahan di Israel. Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) pada Minggu (13/5/2025).
Dilansir dari Anadolu, organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka menerima informasi mengenai nasib Asaad Nsasrah dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Pihaknya lantas meminta komunitas internasional untuk menekan Israel agar segera membebaskan staf medis tersebut, yang diculik secara paksa saat menjalankan tugas kemanusiaan.
1. 15 staf medis dan petugas penyelamat Palestina dibunuh pada 23 Maret 2025
Nsasrah, 47 tahun, hilang sejak insiden pada 23 Maret 2025, ketika para petugas PCRS dan pertahanan sipil Palestina diserang oleh pasukan Israel saat dalam perjalanan menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terluka di Rafah. Sebanyak 15 paramedis dan petugas penyelamat Palestina, termasuk seorang staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tewas dalam serangan itu.
PBB mengatakan bahwa korban ditembak satu per satu secara sengaja, dan jenazah mereka dikuburkan di dalam pasir bersama ambulans mereka. Para saksi yang menemukan jenazah tersebut mengatakan bahwa para korban masih mengenakan seragam mereka, dan beberapa di antaranya ditemukan dengan tangan terikat. PCRS menyebut serangan itu sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan menyerukan penyelidikan internasional.
Dalam wawancara dengan The Guardian, korban selamat lainnya, Munther Abed, mengaku melihat Nsasrah dibawa pergi oleh tentara Israel dengan kondisi mata tertutup. Ayah enam anak dari Gaza ini telah bekerja untuk PCRS selama 16 tahun.
2. Lokasi penahanan Nsasrah belum diketahui
Sejauh ini, lokasi penahanan Nsasrah masih belum diketahui. Juru bicara ICRC mengatakan bahwa Israel belum memberikan izin untuk mengunjungi pria tersebut.
“ICRC belum dapat mengunjungi satu pun tahanan Palestina yang ditahan di fasilitas penahanan Israel sejak 7 Oktober 2023,” kata juru bicara tersebut pada Minggu.
Ia menambahkan bahwa ICRC terus menyerukan akses ke seluruh tempat penahanan di Israel, dan mengungkapkan pentingnya memperlakukan semua tahanan secara manusiawi dan bermartabat.
Sementara itu, militer Israel (IDF) belum memberikan komentar terkait keberadaan Nsasrah.
3. Laporan Israel terkait serangan di Rafah tidak konsisten
IDF menghadapi tekanan yang semakin besar akibat laporan mereka yang tidak konsisten terkait serangan tersebut. Awalnya, mereka mengklaim bahwa tentara menembaki ambulans PCRS lantaran kendaraan itu berjalan secara mencurigakan tanpa menyalakan lampu depan atau sinyal darurat.
IDF kemudian terpaksa menarik pernyataannya setelah rekaman video dari ponsel milik seorang paramedis yang tewas beredar di media. Video tersebut menunjukkan ambulans, yang memiliki logo Palang Merah, melaju dengan kedua lampu menyala.
Militer juga menyatakan bahwa berdasarkan penyelidikan awal, tentara melepaskan tembakan karena adanya ancaman sebelumnya di daerah tersebut. Selain itu, mereka mengklaim bahwa enam orang yang tewas dalam serangan tersebut merupakan anggota Hamas tanpa adanya bukti.