Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Troika Myanmar Disebut Sebagai Sebuah Kemajuan

Pengamat hubungan internasional, Dinna Prapto Raharja. (IDN Times/Sonya Michaella)

Jakarta, IDN Times - KTT ke-43 ASEAN yang digelar di Jakarta bulan lalu menyepakati sejumlah hal, salah satunya adalah pembentukan troika untuk membantu Myanmar keluar dari konflik yang membelenggunya selama dua tahun terakhir.

Troika ini nantinya akan membentuk kerja sama antara Indonesia (ketua ASEAN tahun ini), Kamboja (ketua ASEAN tahun lalu), dan Laos (ketua ASEAN tahun depan) untuk merumuskan jurus guna membantu Myanmar. Troika ini pun sedianya akan dilanjutkan ketua-ketua ASEAN di masa mendatang.

"Troika ini menjadi salah satu hal positif yang diupayakan untuk membantu Myanmar. Setidaknya, Indonesia bisa terus aktif terlibat dan turut mencari solusi meski sudah tidak menjadi ketua ASEAN," kata pengamat hubungan internasional, Dinna Prapto Raharja, kepada IDN Times, Rabu (4/10/2023).

1. Ada beberapa kelemahan di troika ini

Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Meski demikian, Dinna mengungkapkan ada sejumlah kelemahan di dalam troika ini di mana tiga negara (Indonesia, Kamboja dan Laos) punya pandangan berbeda terkait konflik Myanmar.

"Tiga negara yang paling rumit dan sulit ini menurut saya juga paling berbeda pandangan. Kamboja punya persepsi sendiri. Laos juga tidak kelihatan semangat dan gaungnya untuk terlibat di isu Myanmar, at all," ujar Dinna lagi.

Tetapi, Dinna tetap mengapresiasi bahwa ada kemajuan jika tiga negara tersebut bisa duduk dan merumuskan solusi untuk Myanmar.

2. Ada kerja sama komprehensif yang terbentuk lewat troika

Suasana KTT ASEAN hari kedua di Labuan Bajo. (dok. asean2023.id)

Selain itu, lewat troika ini, bisa terbentuk sebuah kerja sama yang komprehensif antara tiga negara anggota ASEAN untuk membantu Myanmar, pun tentu dengan melibatkan anggota lainnya juga.

"Positif jika ada tiga negara yang mau menangani masalah ini sama-sama, kan resourcesnya ini jadi lebih besar kualitas dan kuantitasnya," beber Dinna.

3. ASEAN akui tidak ada kemajuan dari implementasi Lima Poin Konsensus (5PC)

Para pemimpin negara ASEAN di KTT ke-43 ASEAN. (IDN Times/Sonya Michaella)

Saat KTT ASEAN kemarin, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengungkapkan, para pemimpin ASEAN mengakui bahwa tidak ada kemajuan yang signifikan dari implementasi Lima Poin Konsensus (5PC) dalam menangani konflik Myanmar.

“Semua memahami situasi yang sangat pelik, complicated, dan tidak mudah untuk diselesaikan. Semua pemimpin tadi sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Indonesia,” kata Retno, kala itu.

Indonesia sendiri sudah melakukan 145 pendekatan dalam sembilan bulan terakhir, sebagai ketua ASEAN. Retno menekankan, pendekatan ini adalah yang paling banyak dan paling intensif yang pernah dilakukan oleh ASEAN.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us