Trump Bakal Kembali Pakai Medsos tapi Aplikasi Buatan Sendiri

Jakarta, IDN Times – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan akan segera kembali aktif di media sosial. Namun kali ini ia akan membuat platform sendiri, sebagaimana disampaikan juru bicara Trump kepada Fox News, Minggu (21/3/2021).
Jason Miller, penasihat lama dan juru bicara kampanye Trump pada 2020 mengatakan kepada Howard Kurtz dalam acara “MediaBuzz” Fox bahwa Trump mungkin akan kembali ke media sosial dalam sekitar dua atau tiga bulan.
1. Trump bakal pakai platform sendiri

Menurut MediaBuzz, Miller mengatakan Trump akan kembali aktif di platformnya sendiri. Ia mengatakan yakin platform itu akan menarik puluhan juta pengguna baru dan akan mampu mengguncang media sosial.
“@JasonMillerinDC mengatakan Presiden Trump akan “kembali ke media sosial dalam dua atau tiga bulan” dengan “platformnya sendiri” yang akan “sepenuhnya mengubah permainan” dan menarik “puluhan juta” pengguna baru. #MediaBuzz,” tulisnya di Twitter.
2. Trump akan mampu mengubah permainan

Dalam pernyataannya, Miller memang mengatakan bahwa langkah Trump akan mampu mengubah permainan karena itu akan menjadi sensasi di media sosial.
“Ini adalah sesuatu yang menurut saya akan menjadi tiket terpanas di media sosial,” kata Miller kepada Kurtz, mengutip CNN. “Ini akan sepenuhnya mendefinisikan ulang permainan, dan semua orang akan menunggu dan menonton untuk melihat apa yang dilakukan Presiden Trump, tetapi itu akan menjadi platformnya sendiri.”
3. Trump didekati banyak perusahaan

Miller juga mengatakan bahwa mantan presiden ke-45 AS tersebut telah didekati oleh banyak perusahaan dan sedang dalam pembicaraan dengan tim tentang platform baru tersebut.
“Platform baru ini akan menjadi besar,” kata Miller. “Semua orang menginginkan dia dan dia akan membawa jutaan dan jutaan--puluhan juta--ke platform ini.”
Pengumuman itu muncul setelah Trump secara permanen ditangguhkan dari Twitter dan platform media sosial lainnya, seperti Facebook. Penangguhan terjadi setelah Trump dianggap menghasut pengikutnya untuk menciptakan kerusuhan di Capitol AS pada 6 Januari.
Pada saat itu ratusan pendukung Trump menyerbu gedung Capitol AS, menolak pengumuman hasil pemilihan umum yang memenangkan lawan Trump, Joe Biden. Lima orang tewas dalam kerusuhan itu.