Usai Didemo, PM Moldova Pro Rusia Undurkan Diri

Chisinau, IDN Times - Perdana Menteri Moldova, Ion Chicu resmi mengundurkan diri sejak hari Rabu (23/12) setelah setahun lamanya menjabat. Selama ini Ion Chicu merupakan sekutu dekat dari mantan Presiden Moldova, Igor Dodon yang sebelumnya memimpin negara pecahan Uni Soviet tersebut sejak tahun 2016.
Bahkan pengunduran dirinya termasuk mendadak setelah sebelumnya ada demonstrasi yang dilakukan pendukung Maia Sandu agar PM pro Rusia tersebut mundur dari jabatannya, dilansir dari Al Jazeera.
1. Mengundurkan diri usai didemo warga Moldova
Pada hari Rabu (23/12) Perdana Menteri Moldova, Ion Chicu resmi mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya. PM pendukung pemerintahan pro Rusia tersebut mengatakan apabila pengunduran dirinya demi permulaan pelaksanaan pemilu parlementer dan memberikan kestabilan serta kenormalan bagi Moldova. dilansir dari Euronews.
Ion Chicu yang merupakan sekutu dekat dari mantan Presiden Moldova, Igor Dodon sudah menjabat sebagai perdana menteri di negara pecahan Uni Soviet tersebut sejak November 2019. Selain itu, keputusannya untuk mundur usai menghadiri pertemuan dengan Igor Dodon beberapa waktu lalu, dikutip dari Al Jazeera.
2. Maia Sandu dilantik sebagai presiden Moldova
Pengunduran diri PM Moldova, Ion Chicu diketahui hanya sehari sebelum Presiden Moldova terpilih, Maia Sandu hendak dilantik sebagai presiden pada hari Kamis (24/12). Ia sebelumnya pernah menjabat sebagai perdana menteri di Moldova pada masa kepemimpinan Presiden Dodon dan dikenal dengan pemimpin yang pro Uni Eropa dan Barat.
Di sisi lain, pengunduran diri Chicu juga menjadi momentum besar bagi Sandu untuk merombak parlementer yang sebelumnya dikuasai oleh pejabat pro Rusia. Sementara itu, pemilu bulan November lalu dianggap sebagai referendum bagi dua visi berbeda dari negara pecahan Uni Soviet tersebut, dikutip dari Euronews.
3. Semakin mendekatkan Moldova ke Barat
Melansir dari Al Jazeera, semenjak kemenangan mengejutkan presiden terpilih Maia Sandu yang pro Uni Eropa pada pemilihan presiden Moldova awal November lalu. Hal ini menjadi sinyal bahwa Moldova yang sebelumnya selalu dekat dengan Rusia justru berubah arah dan mendekatkan diri pada Uni Eropa dan Barat.
Moldova merupakan salah satu negara termiskin di Eropa yang menggantungkan PDBnya dari remiten, di mana sekitar 1,2 juta dari 3,5 juta total penduduknya bekerja di luar negeri. Sehingga mendekatkan diri dengan Uni Eropa dianggap sebagai upaya peningkatan kestabilan negaranya dibandingkan ketika dekat dengan Rusia, dilaporkan dalam The Canberra Times.