Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Vladimir Putin Tuduh AS Abaikan Tuntutan Rusia

Viktor Orban (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) (Twitter.com/MFA Russia)

Jakarta, IDN Times - Pada hari Selasa (1/2/22) dalam konferensi pers, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh bahwa Amerika Serikat (AS) telah mengabaikan tuntutan utama Rusia dalam krisis Ukraina. Tuntutan itu adalah jaminan keamanan jangka panjang berdasar hukum.

Washington baru saja memberikan proposal kepada Moskow tentang tanggapan tuntutan Rusia. Beberapa tuntutan utama itu ditolak oleh AS seperti tidak menerima Ukraina sebagai anggota NATO. Saat ini Rusia sedang mempelajari proposal dari AS dan Presiden Putin akan segera memberikan tanggapannya.

Di sisi lain, upaya meredakan ketegangan di sekitar Ukraina dengan diplomasi terus berlangsung. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Keduanya diperkirakan akan bertemu dalam waktu dekat.

1. AS abaikan tuntutan utama Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/President of Russia)

Rusia dituduh merencanakan invasi ke Ukraina dengan melakukan penumpukan sekitar 100 ribu pasukan di dekat perbatasan. Tuduhan itu telah ditolak berulangkali oleh Moskow.

Rusia mengatakan hanya ingin jaminan keamanan jangka panjang berdasarkan hukum. Rusia menuntut Ukraina tidak diterima sebagai anggota NATO. Selain itu, Rusia menuntut NATO tidak memperluas ekspansi pengaruh ke Eropa Timur.

Bagi Rusia, jika Ukraina jadi anggota NATO, maka itu akan jadi ancaman langsung Moskow. Ukraina bisa jadi wilayah penempatan rudal milik aliansi atlantik utara, yang langsung menghantam Rusia.

Pada hari Selasa, Presiden Putin menerima kunjungan Sekutu NATO yakni pemimpin Hongaria. Dalam sambutannya pada konferensi pers saat kunjungan tersebut, Putin menuduh AS dan Sekutu Barat telah mengabaikan tuntutan utama Rusia.

Dilansir Associated Press, menurut Putin ada kemungkinan untuk berunding dalam kebuntuan jika pembahasan kepentingan semua pihak dilakukan, termasuk masalah keamanan Rusia. "Saya berharap pada akhirnya kami akan menemukan solusi, meskipun kami menyadari bahwa itu tidak akan mudah."

Alasan utama Rusia mengajukan tuntutan jaminan keamanan adalah karena NATO terus menyebarkan pengaruh ke negara-negara dekat Rusia, serta menyebarkan senjata ofensif termasuk pasukan dan rudal canggih, sehingga Moskow merasa terancam dan meminta itu dihentikan.

2. Putin menilai AS menggunakan Ukraina sebagai alat untuk mencapai tujuan

Hubungan Rusia dan AS saat ini sampai di titik terendah pasca-Perang Dingin. Krisis Ukraina semakin memperkeruh hubungan tersebut.

Putin memberi penegasan bahwa negaranya menginginkan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum terhadap ekspansi NATO yang dipimpin oleh AS. Putin juga minta NATO kembali ke posisi militer sebelum 1997.

Selain itu, Presiden Rusia yang pernah menjadi agen rahasia saat Uni Soviet masih berdiri tersebut, menilai bahwa AS menggunakan Ukraina sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dilansir Al Jazeera, Putin mengatakan "tampaknya bagi saya bahwa AS tidak begitu peduli tentang keamanan Ukraina. Tugas utama adalah menahan perkembangan Rusia."

Bagi Putin, Ukraina hanya digunakan oleh AS sebagai alat untuk mencapai tujuan guna menahan perkembangan Rusia.

Ada proyeksi masa depan yang dideskripsikan oleh Putin sebagai sesuatu hal yang potensial. Jika Ukraina jadi anggota NATO, maka ada kemungkinan operasi militer akan dilakukan untuk merebut Semenanjung Krimea, wilayah Ukraina yang dicaplok Rusia pada tahun 2014 lalu.

Viktor Orban dari Hongaria yang berkunjung ke Moskow menilai bahwa perbedaan antara Rusia dan NATO tetap sangat signifikan. Akan tetapi dia optimis bahwa hal itu bisa dijembatani. Jika sanksi dijatuhkan terhadap Rusia, itu hanya jadi langkah yang kontraproduktif.

3. Kremlin minta AS dan NATO hormati

Sergey Lavrov (Twitter.com/MFA Russia)

Pernyataan terbuka yang disampaikan oleh Putin baru saja, adalah pertama kalinya sejak krisis Ukraina menguat. Sebelumnya, AS dan Sekutu Barat terus bertanya-tanya apa sebenarnya kemauan Presiden Putin yang dituduh memicu ketegangan Ukraina.

Di sisi lain, hubungan tingkat tinggi dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Dua pejabat tinggi itu melakukan panggilan telepon dan kemungkinan akan bertemu dalam waktu dekat.

Dalam panggilan telepon tersebut, menurut Reuters, Lavrov meminta AS dan Sekutu Barat menghormati perjanjian Istanbul 1999, yang salah satu isinya adalah tidak ada negara yang dapat memperkuat keamananannya sendiri dengam mengorbankan orang lain.

Piagam Istanbul ditandatangani oleh OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe), termasuk meliputsi AS dan Kanada.

Rusia meminta perlunya membahas masalah tersebut lebih lanjut, karena itulah yang dianggap sebagai inti dalam krisis Ukraina.

Blinken yang mewakili kepentingan AS mengatakan kepada Lavrov, jika Presiden Putin benar-benar tidak menginginkan perang, maka Rusia harus menarik kembali pasukan dan persenjataan berat di sekitar Ukraina.

AS disebut bersedia membahas tuntutan Kremlin untuk melakukan verifikasi tidak adanya rudal jelajah Tomahawk di pangkalan NATO di Rumania dan Polandia, jika Rusia mau berbagi informasi serupa di pangkalan militernya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us