Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

386 Jemaah Haji Wafat, Pos Kesehatan RI di Tanah Suci Minim Petugas

Jemaah haji wafat di Arab Saudi (MCH Kemenag)
Jemaah haji wafat di Arab Saudi (MCH Kemenag)
Intinya sih...
  • Jumlah petugas kesehatan terbatas, hanya satu dokter dan satu perawat untuk ratusan jemaah, memunculkan keluhan dari jemaah terkait pelayanan kesehatan.
  • Tenaga medis RI kewalahan, dengan satu dokter harus melayani ratusan jemaah, sementara beberapa tim medis harus melakukan rawat jalan di dua hotel sekaligus karena keterbatasan orang.

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan sebanyak 386 jemaah haji Indonesia wafat sampai hari ke-54 pelaksanaan ibadah haji per Selasa, (24/6/2025).

Pada hari yang sama, hingga pukul 16.00 waktu Arab Saudi, ada 225.852 jemaah yang dirawat jalan di Daerah Kerja Makkah dan Madinah.

1. Jumlah petugas kesehatan sangat terbatas

Petugas kesehatan haji saat membaringkan jenazah Amirah Tayyimah Daman, seorang peserta haji asal Kota Makassar yang wafat di RS Qadr, Arab Saudi, Selasa (13/5/2025). (Dok. Kemenag Sulsel)
Petugas kesehatan haji saat membaringkan jenazah Amirah Tayyimah Daman, seorang peserta haji asal Kota Makassar yang wafat di RS Qadr, Arab Saudi, Selasa (13/5/2025). (Dok. Kemenag) Sulsel)

Tingginya angka rawat jalan memunculkan sejumlah masukan dari jemaah tentang pelayanan kesehatan, terutama menyangkut jumlah petugas yang dinilai terbatas dibandingkan jumlah jemaah yang dilayani.

“Saya dari Kloter 32, Enrekang. Saat berobat di Pos Kesehatan, hanya ada satu dokter dan satu perawat, padahal jumlah jemaah kami sekitar tiga ratusan orang, banyak yang lansia,” ujar Mariani Kadang, jemaah asal Sulawesi Selatan, saat ditemui di hotel 211, seperti yang dikutip dari keterangan resmi Kemenkes, Rabu (25/6/2025).

2. Tenaga medis RI kewalahan

WhatsApp Image 2025-06-08 at 22.34.34.jpeg
Seorang petugas haji saat memijat jemaah haji yang kelelahan usai lontar jumrah di Jamarat, Mina, Sabtu (7/6/2025). (Media Center Haji 2025)

Hal serupa disampaikan oleh Suherman S. Bakak dari kloter yang sama. Dia menilai, tenaga kesehatan bisa kewalahan, apalagi satu orang dokter harus melayani ratusan jemaah.

“Kalau hanya satu dokter yang melayani ratusan jemaah, tentu akan kewalahan. Kesehatan petugas juga perlu diperhatikan karena mereka bekerja dalam tekanan dan waktu istirahat yang terbatas,” kata Suherman.

Beberapa petugas kesehatan di lapangan juga membagikan pengalaman mereka. Tenaga medis dari Kloter KJT 20 Jawa Barat, Muhammad Ulin Nuha mengatakan, dalam beberapa kasus, satu tim medis harus melakukan rawat jalan di dua hotel sekaligus karena keterbatasan orang.

“Di hotel 210, kami dari Kloter KJT dengan satu dokter, satu perawat, dan satu tenaga dari Petugas Haji Daerah (PHD), juga membantu jemaah di hotel 211 yang belum memiliki petugas TKHK,” ujar Ulin Nuha.

3. Usul formasi pelayanan diubah

6195033598113991857.jpg
Petugas haji saat membantu jemaah haji disabilitas di Makkah, Arab Saudi. (Media Center Haji 2025)

Ulin mengatakan, skema pelayanan yang ada saat ini lebih bersifat berbasis hotel ketimbang kloter sehingga distribusi petugas menjadi tidak merata.

Ulin mengatakan, idealnya rasio petugas kesehatan adalah satu dokter dan satu perawat untuk setiap 120–150 jemaah agar pelayanan bisa berjalan lebih optimal.

“Kalau ada yang harus dirujuk ke rumah sakit, minimal butuh 2–5 jam. Jika hanya satu petugas yang tinggal di hotel sementara yang lain merujuk, maka pelayanan di hotel bisa terganggu,” ujar Ulin.

Dia pun mengusulkan agar formasi kloter disesuaikan untuk memudahkan distribusi layanan kesehatan. Dengan penyesuaian rasio dan beban kerja, dia berharap pelayanan kesehatan haji dapat lebih maksimal.

Kemenkes menyatakan, masukan dari jemaah dan petugas menjadi bagian dari upaya perbaikan layanan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us