Belum Ada Laporan WNI Jadi Korban Serangan Israel ke Iran

- KBRI Tehran memberlakukan status siaga 2 sejak Juli 2024
- Indonesia mengutuk keras serangan Israel ke Iran
- Perdana Menteri Israel Netanyahu klaim Iran terus kembangkan senjata nuklir
Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri mengatakan sejauh ini belum ada WNI yang menjadi korban usai terjadi serangan militer Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025). Berdasarkan data dari KBRI Tehran, ada 386 WNI yang bermukim di Iran.
"Hingga saat ini tidak ada informasi soal adanya WNI yang menjadi korban dari serangan Israel," ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, di dalam keterangan tertulis pada Sabtu (14/6/2025).
KBRI Tehran telah menyampaikan imbauan kepada seluruh WNI agar meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan diri. WNI juga diminta untuk menginformasikan keadaan dan keberadaan mereka ke KBRI Tehran. Kemlu juga mendorong WNI untuk menunda perjalanan ke Iran dan Israel sementara waktu.
"Bagi WNI yang memiliki rencana penerbangan melalui wilayah Timur Tengah agar mengantisipasi gangguan jadwal penerbangan. Dalam situasi darurat dapat menghubungi hotline perwakilan RI terdekat atau melalui aplikasi Safe Travel Kemlu," kata Judha.
1. KBRI Tehran sudah memberlakukan status siaga 2

Lebih lanjut, Judha juga menyebut KBRI Tehran telah menetapkan status siaga 2 sejak Juli 2024 lalu. Dia tak menampik pemerintah sedang menyiapkan rencana kontigensi pelindungan WNI di Iran. Tidak diketahui apakah rencana kontingensi itu termasuk memulangkan WNI dari Iran.
"Bagi WNI yang mengalami situasi kedaruratan agar segera menghubungi hotline KBRI Tehran di nomor +989 024 66 8889," kata Judha.
2. Indonesia kutuk keras Israel karena lakukan serangan militer ke Iran

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengutuk keras serangan yang dilakukan Israel terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025). Serangan itu menewaskan dua petinggi militer Iran. Menteri Luar Negeri, Sugiono, mengatakan, tindakan Israel merupakan bentuk pelanggaran hukum.
"Indonesia dengan tegas mengutuk serangan Israel terhadap Iran! Tindakan ini juga melemahkan dasar-dasar hukum internasional," ujar Sugiono di akun media sosial Kemlu, Jumat.
Sugiono mengatakan, serangan Israel ke Iran berisiko memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah dan berpotensi memicu konflik yang lebih luas. Sugiono pun mendesak semua pihak untuk menahan diri agar tidak memperburuk situasi.
"Semua pihak harus menahan diri secara maksimal dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan atau ketidakstabilan," kata dia.
Indonesia, kata Sugiono, menegaskan kembali kewajiban setiap negara untuk menyelesaikan perbedaan mereka melalui cara-cara damai sesuai hukum internasional.
3. Israel serang Iran karena terus mengembangkan senjata nuklir

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, buka-bukaan motif serangan militer ke Ibu Kota Tehran. Netanyahu mengklaim dalam beberapa bulan terakhir Iran terus mengembangkan senjata nuklirnya dengan cara memperkaya uranium.
"Bila hal ini tidak dihentikan, maka Iran dapat memproduksi sebuah senjata nuklir dalam waktu dekat. Mungkin saja hal itu bisa terjadi dalam waktu satu tahun, bisa jadi beberapa bulan atau kurang dari satu tahun. Ini jelas merupakan bahaya yang nyata bagi keberlangsungan Israel," ujar Netanyahu dilansir BBC.
Dia menegaskan serangan militer ke Tehran akan berlangsung sesuai waktu yang diperlukan untuk menghilangkan ancaman tersebut. Bahkan, Netanyahu ikut mengucapkan terima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, karena berani mengkonfrontir Iran langsung soal program nuklirnya. Seorang petinggi militer Israel mengatakan kepada BBC, Iran memiliki materi nuklir yang cukup untuk menciptakan bom dalam waktu beberapa hari.