Curhat Kekesalan Warga Sekitar Lokasi Robohnya Crane PDAM Depok

Jakarta, IDN Times - Sejumlah warga sekitar menara air milik PDAM Tirta Asasta menilai bahwa insiden crane dan tembok menara roboh pada Jumat (15/10/2021), disebabkan proyek pembongkaran yang tidak profesional, tulis kantor berita ANTARA.
Crane dan beton menara air PDAM Tirta Asasta di Jalan Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok roboh. Akibat kejadian tersebut, dua orang terluka dan satu orang anak tertimpa bangunan selama lima jam.
"Proses pembongkaran dengan bongkahan-bongkahan besar dijatuhkan dari atas sehingga membuat warga merasa was-was dan tidak menggunakan alat berat, jadi dipotong langsung dijatuhin, tentunya cara ini murah biaya. Makanya warga komplain," kata Ketua RW 05 Kelurahan Depok Jaya, Chaedar, di Depok, Jumat.
1. Warga sejak awal memprotes metode pembongkaran

Chaedar mengungkapkan warga sempat mengadakan rapat yang diikuti dengan Ketua RW 04 Pranowo untuk membahas masalah tersebut. Warga mengingatkan kepada kontraktor yang melaksanakan pembongkaran menara air agar mengerjakan dengan profesional tidak asal-asalan.
"Kita sebagai warga mengingatkan kepada pekerja untuk memotong bongkahan yang besar menjadi kecil-kecil untuk dijatuhkan agar tidak membahayakan rumah warga. Namun tidak didengarkan juga," katanya.
Hal senada juga disampaikan Iskak, warga di sekitar menara PDAM Tirta Asasta. Dia mengatakan warga memang sudah protes tentang cara kerja kontraktor dalam membongkar menara itu.
"Suara jatuhnya bongkahan yang besar sangat mengganggu warga, kemudian diperkecil potongan bongkahan namun masih bermasalah juga lalu kita minta crane tentunya dengan cara yang aman," ujarnya.
Iskak juga melihat cara kerja di proyek tersebut tidak terkoordinir dengan baik. "Seperti asal-asalan saja."
2. Warga sudah pernah lapor hingga ke Wali Kota Depok dan kejaksaan

Tak hanya sampai di situ, warga pun sepakat menulis surat keberatan kepada Wali Kota Depok, kejaksaan, PDAM, komisi B DPRD Depok yang ditandatangani oleh ketua RW 04, RW 05 dan sejumlah warga.
"Kemudian kita datang ke kejaksaan dan diterima dengan baik, langsung mendapat respon keesokan harinya dengan meninjau langsung lokasi, setelah itu dihentikan beberapa hari," ujarnya.
Namun, proyek pembongkaran tersebut tetap dilanjutkan. "Saking kesalnya saya dua kali diundang rapat saya tidak mau datang. Suara warga tidak didengarkan lagi."
Chaedar berharap jika proyek ini akan dilanjutkan, rumah di sekitar ini dikosongkan terlebih dahulu. Dia masih menilai pembongkaran itu berbahaya dan sewaktu-waktu bisa menimpa rumah warga lagi.
3. Warga tagih tanggung jawab kontraktor

Chaedar juga berharap kontraktor bisa bertanggung jawab atas peristiwa robohnya crane yang membuat tiga warga sekitar terluka.
"Ini berat sekali pak hukuman ini denda bisa Rp5 miliar, nyawa orang ini dan kita sudah ingatkan berkali-kali," jelasnya.