Dedi Mulyadi Tantang KPAI Didik Ribuan Anak Bermasalah di Jawa Barat

- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menantang KPAI untuk mengurus ribuan anak bermasalah di Jawa Barat.
- Dedi kritik KPAI yang seharusnya fokus menyelesaikan problem anak remaja, bukan hanya mengoreksi kekurangan.
- Dedi klaim program barak militer membuat anak-anak lebih disiplin dan berempati, namun KPAI memberikan sorotan terkait program tersebut.
Jakarta, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menantang Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mengurus anak bermasalah di Jawa Barat. Menurutnya, jumlah anak bermasalah di Jawa Barat ada ribuan.
"Kan ada jumlah ribuan tuh anak bermasalah di Jawa Barat. Nah dari jumlah ribuan itu saya harapkan KPAI ngambil untuk dididik agar masalahnya selesai," ujar Dedi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Senin (19/5/2025).
1. Dedi Mulyadi kritik KPAI

Dedi menyampaikan hal tersebut untuk merespons kritikan KPAI soal program pendidikan anak di Barak Militer. Politikus Gerindra itu menilai seharusnya KPAI saat ini arahnya bukan untuk mengoreksi kekurangan.
"Yang harus dilakukan KPAI-nya adalah mengambil langkah untuk menyelesaikan berbagai problem yang dialami oleh anak-anak remaja kita. Apakah itu karena problem di rumahnya, problem di sekolahnya yang akhirnya mengarah pada tindak kriminal," ujarnya.
2. Dedi minta KPAI lihat hasil program barak militer

Dedi mengatakan bahwa KPAI seharusnya melihat hasil dari prorgam barak militernya. Ia mengklaim, anak-anak jadi lebih disiplin dan berempati.
"Kan bisa dilihat bagaimana keadaan anak itu, disiplinnya, kemudian rasa empatinya," ujarnya.
"Bahkan dia menangis di depan ibunya, mencium kakinya. Kan belum tentu itu didapatkan pendidikan saya di sekolah," imbuhnya.
3. KPAI soroti sejumlah hal

Sebelumnya, KPAI memberikan sejumlah sorotan terkait pendidikan anak di Barak Militer yang dilakukan Dedi Mulyadi. Catatan itu didapat setelah KPAI meninjau langaung programnya.
Temuan itu antara lain anak yang tak betah hingga ingin keluar, proses pemilihan siswa nakal, banyak anak yang tahu alasan mereka dikirim ke barak, hingga tak ada standar operasional jaminan kesehatan