Erwin Aksa Bongkar Alasan Golkar Buat Deepfake Soeharto Saat Pemilu

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa mengungkapkan strategi partainya untuk menggaet pemilih pada Pemilu, 14 Februari lalu. Salah satu cara yang dilakukan yakni menghidupkan kembali sosok Presiden ke-2 RI Soeharto dengan menggunakan teknologi deepfake Artificial Intelligence (AI).
Sosok Soeharto digunakan untuk berkampanye dan menyampaikan pesan-pesan politik, karena dinilai sebagai presiden terbaik di Indonesia.
Deepfake sendiri merupakan salah satu tipe dari kecerdasan buatan (AI) yang digunakan untuk membuat foto, audio, video palsu yang cukup meyakinkan.
"Kami meneliti dan terus mengangkat nama dia (Soeharto) di keberhasilan infrastruktur, pertanian, dan lainnya, jadi banyak keberhasilannya yang dilupa di generasi sekarang. Kami ingin ingatkan kembali keberhasilannya di berbagai aspek," ujar Erwin dalam program Real Talk With Uni Lubis by IDN Times, Selasa (27/2/2024), di studio IDN Times Jakarta.
1. Alasan gunakan deepfake Soeharto untuk kampanye

Menurut Erwin, Soeharto dan Golkar tak bisa dipisahkan. Erwin menilai Soeharto sebagai pahlawan nasional karena jasa-jasanya dalam pembangunan berkelanjutan di zaman Orde Baru.
Selain itu, video deepfake Soeharto juga untuk menunjukkan bahwa Golkar saat ini telah menggunakan teknologi dalam dunia politik.
Erwin ingin mengubah cara pandang masyarakat yang masih melihat Golkar sebagai partai Orde Baru.
"Video ini punya pesan terhadap pembangunan berkelanjutan, kemudian beliau (Soeharto) mengapresiasi Pak Jokowi terhadap pembangunannya, Pak SBY juga yang jaga demokrasi. Saya kira video ini punya pesan kata kunci di mana AI bisa membuat tokoh seperti Pak Harto kembali memberikan pesan kepada masyarakat, terutama mungkin yang masih mengingat jasa-jasa Pak Harto," katanya.
2. Sudah mendapat izin dari keluarga Soeharto

Lebih lanjut, Erwin mengungkapkan bahwa dia sudah berkonsultasi dan mendapat izin dari cucu Soeharto, Danty Rukmana, untuk membuat deepfake Presiden RI tersebut.
"Saya kira Pak Harto dengan Golkar tidak bisa lepas, jadi kedepannya kita harap Golkar perlu mendorong Pak Harto sebagai tokoh nasional," imbuhnya.
3. Teknologi AI bisa untuk kampanye positif tapi perlu regulasi

Menanggapi potensi misinformasi dari video deepfake tersebut, Erwin menegaskan perlunya regulasi yang mengatur AI untuk kampanye seperti di Amerika Serikat. Menurutnya, regulasi AI di Indonesia saat ini masih dalam tahap etik.
"Sekali lagi yang saya tegaskan di sini positive campaign dengan membuat pesan-pesan politik positif," ujarnya.
4. Golkar masih riset dampak video AI terhadap perolehan suara

Erwin mengungkapkan, pihaknya saat ini masih melakukan riset terkait dampak penggunaan video AI terhadap perolehan suara Golkar di Pemilu 2024.
"Kita sedang melakukan post election research, ingin melihat masyarakat terhadap Golkar dan pesan apa yang didapat dari Golkar," tutupnya.