Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Golkar Tegaskan Strategi Kampanye Prabowo Tak Tiru Bongbong Marcos

Wakil Ketua Umum Golkar, Erwin Aksa dalam acara Real Talk with Uni Lubis di Studio IDN Times, Selasa (26/2/2024) (IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Strategi kampanye antara Presiden Filipina, Bongbong Marcos dan calon presiden RI, Prabowo Subianto dinilai ada kemiripan. Sebab, keduanya menyasar media sosial, khususnya TikTok.

Terlebih, keduanya juga terafiliasi dari gaya pemerintahan presiden sebelumnya yang dianggap otoriter. Bongbong merupakan putra dari mantan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Sedangkan Prabowo, merupakan mantan menantu Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Wakil Ketua Umum Golkar, Erwin Aksa, membantah strategi Prabowo pada kampanye Pilpres 2024 meniru Bongbong Marcos.

"Saya kira terpisah ya, kampanye pilpres terpisah, pesannya juag terpisah, pileg juga kampanye dan strateginya terpisah," ujar Erwin dalam acara Real Talk with Uni Lubis di Studio IDN Times, Selasa (26/2/2024).

1. Ferdinand Marcos dipenjara, Soeharto tidak

Wakil Ketua Umum Golkar, Erwin Aksa dalam acara Real Talk with Uni Lubis di Studio IDN Times, Selasa (26/2/2024) (IDN Times)

Erwin kemudian menjelaskan perbedaan Ferdinand Marcos dan Soeharto. Dia menyebut, perbedaan paling mencolok adalah Ferdinand pernah dipenjara.

"Memang, karena beliau memimpin terlalu lama, terjadilah krisis moneter tahun 98 dan beliau (Soeharto) mundur, tidak di-impeached (dimakzulkan), Jadi beliau tidak lari ke luar negeri, beliau kembali ke Cendana, tidak ada yang demo di Cendana dan tidak ada mendapatkan hukuman seperti Marcos kemudian dihukum oleh negaranya," ucap dia.

"Tapi beliau hidup happy di Cendana bersama cucunya. Jadi, kembali Pak Harto turun dengan baik dan beliau menyerahkan tongkat estafetnya ke Pak Habibie dengan baik dan beliau mengawal reformasi tersebut," sambungnya.

2. Soeharto juga bersedia tanda tangan bail out

Wakil Ketua Umum Golkar, Erwin Aksa dalam acara Real Talk with Uni Lubis di Studio IDN Times, Selasa (26/2/2024) (IDN Times)

Erwin mengatakan, Soeharto sebelum melepaskan jabatannya sebagai presiden juga bersedia menandatangi bail out atau dana talangan dari International Monetary Fund (IMF).

"Beliau berkomitmen menandatangani bail out untuk kepentingan negara, pada saat itu negara butuh dana segar dari IMF untuk meyelamatkan negara yang dalam kondisi krisis moneter, inflasi terlalu tinggi. Jadi itu lah yang menyebabkan Pak Harto juga memutuskan mundur," ujar dia.

3. Prabowo dinilai bisa lanjutkan legacy Soeharto dan Jokowi

Wakil Ketua Umum Golkar, Erwin Aksa dalam acara Real Talk with Uni Lubis di Studio IDN Times, Selasa (26/2/2024) (IDN Times)

Lebih lanjut, Prabowo dinilai bisa melanjutkan legacy Soeharto dan Jokowi sebagai Presiden RI.

"Kalau bicara Marcos itu kan tentunya kembali ke tokoh, kalau di Indonesia presidennya Pak Prabowo yang terasosiasi dengan Pak Harto, kalau kami menanyakan ke pemilih, 'siapa yang kalian anggap bisa melanjutkan legacy Pak Harto, (jawabannya) Pak Prabowo'. 'Siapa yang bisa melanjutkan legacy dari Pak Jokowi, tentunya Pak Prabowo'. Dan masyarakat tentunya ingin kembali mendapatkan pemimpin yang tegas," tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafi'an
Vanny El Rahman
Muhammad Ilman Nafi'an
EditorMuhammad Ilman Nafi'an
Follow Us