Fadli Zon: Temuan 400 Ribu Amplop 'Serangan Fajar' Patut Masuk MURI

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, menilai temuan 400 ribu amplop 'serangan fajar' milik anggota DPR Bowo Sidik Pangarso patut masuk Museum Rekor Indonesia (MURI). Mengapa? Sebab, menurut Fadli belum pernah ditemukan amplop sebanyak itu untuk kepentingan membeli suara.
"Bahkan, tidak pernah ada juga membuat (amplop) ini untuk kepentingan Lebaran," kata Fadli ketika berbicara di program "Indonesia Lawyers Club" (ILC) yang tayang di stasiun tvOne pada Selasa malam (2/4).
Beranjak dari temuan amplop itu, Fadli yakin uang pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu tersebut ditujukan untuk membeli suara saat digelar pemilu 17 April. Namun, menurut Fadli, terlalu naif apabila Bowo menyiapkan 'serangan fajar' hanya untuk membuat namanya terpilih lagi sebagai anggota parlemen.
"Kan pemilunya serentak. Apa betul hanya digunakan untuk pileg saja atau untuk kepentingan pilpres?," tanya Fadli lagi.
Lalu, dalam pandangan Fadli, apa makna cap jempol yang ditemukan di dalam amplop milik Bowo tersebut?
1. Cap jempol jelas bermakna kubu capres nomor urut 01

Menurut Wakil Ketua DPR itu, sudah jelas cap jempol bermakna kubu capres petahana Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
"Sebab, kan Pak Jokowi sendiri yang mengumumkan lambang itu, bahwa cap jempol menggambarkan kubu mereka," kata Fadli.
Publik pun, tutur dia, sudah tidak perlu lagi dijelaskan apa makna cap jempol tersebut.
2. Fadli menuding yang mengungkap kasus 'serangan fajar' bukan komisioner melainkan penyidik KPK

Di tayangan tersebut, Fadli turut menyentil pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab, dua komisioner justru sempat membantah adanya cap jempol di dalam amplop 'serangan fajar'.
Bahkan, ketika diminta oleh media untuk membuka salah satu amplop, Basaria malah mengatakan sebagian amplop telah dibuka secara acak. Hasilnya, tidak ditemukan ada cap jempol.
"Kasus ini merupakan prestasi penyidik dan bukan komisioner. Ini angka yang fantastis lho sampai ditemukan 400 ribu amplop dan ini diduga sebagai salah satu strategi perang total yang disebutkan oleh kubu 01," kata Fadli.
Ia pun mengajak kepada para caleg petahana yang kembali berlaga di pemilu 2019 alih-alih memberikan uang ke publik, lebih baik amplop tersebut diserahkan ke fakir miskin atau anak yatim.
"Jangan malah diberikan ke rakyat untuk membeli suara," tutur dia.
3. Jokowi dituding Fadli gagal menciptakan pemerintahan yang bersih

Tudingan lain yang dilempar oleh Fadli yakni Presiden Joko "Jokowi" Widodo sudah dinilai gagal menciptakan pemerintahan bersih. Buktinya, ada anggota DPR dari partai pendukung pemerintah yang diduga kuat tidak hanya korupsi, melainkan ingin melakukan 'serangan fajar'.
"Bahkan, Presiden pun tidak memberikan komentar dan hanya menyebut menyerahkan hal itu ke proses hukum," kata Fadli.
Ia turut menilai Jokowi tidak memiliki kepemimpinan yang kuat. Buktinya, tutur dia, Kementerian Agama saat ini kembali terjerat kasus korupsi lantaran diduga melakukan praktik jual beli jabatan.
"Padahal, Kementerian Agama itu kan berada di bawah kendali Presiden. BUMN yang ikut kena OTT kemarin kan juga di bawah kendali presiden. Jadi, sangat terasa ada celah yang terbuka," katanya lagi.
4. Partai Gerindra meminta agar Bawaslu bersikap adil dalam menjatuhkan sanksi

Di bagian akhir pernyataannya di tayangan itu, Fadli meminta kepada Badan Pengawas Pemilu untuk menindak semua jenis pelanggaran yang terjadi selama kampanye dan pemilu. Ia mewanti-wanti jangan Bawaslu bertindak hanya ke kubu mereka saja, sementara ke kubu 01, mereka bersikap lembek.
"Giliran emak-emak yang berbicara (dan mengajak) malah langsung ditangkap. Sementara, eks kapolsek yang sempat menyebut mengarahkan galangan ke kubu petahana tidak diproses," kata Fadli.
Bagaimana pendapat kalian, guys?