Fakta-Fakta Kasus Penyekapan Anak di Pejaten

- Polres Metro Jakarta Selatan mengungkap pelaku penyekapan bukan ayah kandung korban, melainkan teman bisnis.
- Pelaku yang menyekap anak perempuan positif menggunakan narkoba sabu setelah dilakukan tes urine.
- Pelaku mengalami halusinasi akibat pengaruh sabu sehingga menyekap korban di pos polisi Pejaten, Jakarta Selatan.
Jakarta, IDN Times - Seorang anak disandera oleh seorang lansia di pos polisi yang terletak di perempatan Pejaten Village, Jakarta Selatan, pada Senin (28/10/2024) sekitar pukul 10.00 WIB.
Dalam video yang diterima IDN Times, terlihat bahwa lansia yang mengenakan jaket tersebut mengarahkan pisau ke leher si bocah. Sementara itu, anak tersebut hanya bisa menangis di pintu pos polisi menghadap ke jalan. Kejadian yang menegangkan ini menarik perhatian para pengguna jalan.
Berikut 3 fakta kasus penyekapan di Pejaten.
1. Pelaku penyekapan adalah rekan bisnis orang tua korban

Polres Metro Jakarta Selatan telah mengungkap pelaku penyekapan terhadap seorang bocah perempuan berinisial S, yang berusia empat tahun, di pos polisi Pejaten, Jakarta Selatan, bukanlah ayah kandungnya.
Sebelumnya, Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela, menginformasikan bahwa pelaku adalah ayah dari korban.
“Bukan (ayah kandung). Jadi, teman bisnis dari orang tua korban,” kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi, di Polres Jaksel, Senin (28/10/2024).
2. Pelaku positif narkoba

Pelaku yang menyekap seorang bocah perempuan berinisial S (4) di pos polisi Pejaten, Jakarta Selatan, terbukti positif menggunakan narkoba.
Menurut Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi, informasi tersebut diperoleh setelah polisi melakukan tes urine terhadap pelaku yang bernama IJ (54).
“Sudah diperiksa, dia positif pakai sabu,” ujar Nurma di Polres Jaksel, Senin (28/10/2024).
3. Pelaku diduga berhalusinasi sehingga menyekap korban

Diduga akibat pengaruh sabu, pelaku mengalami halusinasi yang menyebabkan ia menyekap korban.
“Jadi dia takut, halusinasinya dikejar orang. Jadi dia berhalusinasinya bahwa dia itu dikejar orang. Tapi kalau dia lihat ada anak kecil, dia tidak jadi dikejar orang. Itu halusinasinya,” kata Nurma.