Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fenomena Ida Dayak, Antara Kebutuhan Warga dan Kemudahan Informasi

Ida dayak saat mengobati warga yang membutuhkan pertolongannya. (Istimewa)

Depok, IDN Times - Fenomena pengobatan alternatif Ida Dayak yang sempat dibatalkan akibat kerumunan di GOR Kostrad, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, belakangan menjadi perhatian publik.

Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, fenomena tersebut tak terlepas dari masifnya perkembangan teknologi informasi.

Jika melihat kerumunan warga pada kegiatan pengobatan alternatif Ida Dayak beberapa hari lalu, kata dia, setidaknya ada dua hal penyebab, yaitu tingginya kebutuhan warga untuk sembuh dari penyakit dan kemudahan informasi.

1. Kemajuan penyebaran informasi yang membedakan Ponari dengan Ida Dayak

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB. (Istimewa)

Ari menuturkan, penyebaran informasi yang didapat masyarakat saat ini begitu cepat, sehingga segala informasi mudah diviralkan. Hal itu berbanding terbalik pada masa dahulu, seperti pengobatan alternatif yang dilakukan Ponari.

Saat itu, Ponari dikenal mampu mengobati penyakit dengan menggunakan batu yang dimasukkan dalam air. Orang merasa lebih nyaman dan sehat ketika mengonsumsi air tersebut. 

“Dulu informasi tersebar dari mulut ke mulut, tidak semasif sekarang. Sementara, untuk fenomena Ida Dayak, informasinya tersebar secara viral sehingga masyarakat berbondong-bondong datang ke sana,” tutur Ari, dikutip Jumat (7/4/2023).

Fenomena tersebut, kata dia, menunjukkan tingginya upaya masyarakat untuk sembuh dari penyakitnya melalui segala cara, termasuk menjalani pengobatan alternatif. Masyarakat masih percaya bahwa terapi tradisional dapat mengatasi kondisi penyakitnya.

“Saya rasa wajar saja keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di situ," terang Ari.

2. Keyakinan keberhasilan pengobatan tradisional diserahkan kepada masyarakat

Ida dayak saat mengobati warga yang membutuhkan pertolongannya. (Istimewa)

Ari mengungkapkan, pengobatan tradisional atau alternatif pada akhirnya masyarakat sendiri yang menilai. Kepercayaan masyarakat terhadap keberhasilan atau hasil pengobatan alternatif dikembalikan kepada masyarakat.

"Apakah ia benar-benar mendapatkan manfaat yang dibutuhkan atau hanya manfaat plasebo atau semu saja. Jadi, itu dikembalikan lagi kepada masyarakat,” ungkap Ari.

Ari telah melihat video pengobatan Ida Dayak yang beredar di media sosial, dari pengamatannya, terdapat proses pengurutan dengan menggunakan minyak yang umumnya dilakukan dalam pengobatan alternatif. Metode tersebut sering dilakukan para pengobat tradisional atau terapi alternatif untuk merelaksasi otot.

"Misalnya, pada penderita keseleo dan salah urat, pada bayi setelah selesai dimandikan, serta pada ibu hamil untuk melancarkan persalinannya," kata Ari.

3. Masyarakat berobat alternatif didorong rasa ingin sembuh

Ida dayak saat mengobati warga yang membutuhkan pertolongannya. (Istimewa)

Ari menjelaskan, metode pengobatan alternatif seperti yang dilakukan Ida Dayak dapat ditemui di belahan bumi manapun. Bahkan pengobatan seperti itu masih dapat ditemukan di Amerika.

“Di Amerika sekalipun, ada saja pengobat-pengobat tradisional, misalnya yang dilakukan oleh suku-suku di Amerika Latin," jelas Ari.

Ari mengakui, terdapat sejumlah orang yang merasa lebih nyaman berobat kepada pengobat tradisional dibandingkan dokter. Misalnya, pasien yang sudah beberapa kali berobat medis namun merasa tidak sembuh sehingga mencari terapi alternatif.

"Mereka berusaha mencari terapi alternatif. Mudah-mudahan ketika dia merasa bahwa terapi yang ditawarkan ini sesuai yang diharapkan, sakitnya bisa disembuhkan,” ucap Ari.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dicky
EditorDicky
Follow Us