Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari ini Jakarta Jadi Kota dengan Udara Terburuk Ketiga di Dunia

Pengunjung kawasan Monas pada libur Lebaran, Kamis (11/4/2024) (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • DKI Jakarta dan Medan masuk dalam tiga besar kota dengan udara terburuk di dunia.
  • Kualitas udara di DKI Jakarta mencapai 162, sedangkan Medan berada di posisi kedua dengan selisih empat poin lebih besar dari Jakarta.
  • Penyebab penurunan kualitas udara antara lain emisi kendaraan, polusi industri, dan pembakaran terbuka.

Jakarta, IDN Times - Provinsi DKI Jakarta masuk dalam tiga besar kota dengan udara terburuk di dunia pada hari ini, Sabtu (7/7/2024) pagi.

Berdasarkan data IQAir per jam 07.50, angka buruknya kualitas udara di DKI Jakarta mencapai 162. Dengan demikian, DKI Jakarta masuk ke dalam tingkat polusi udara tidak sehat.

1. Medan juga masuk tiga besar kota dengan kualitas udara terburuk

Polusi Udara di Jakarta memburuk. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Selain itu, Kota Medan juga termasuk dalam tiga besar dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Medan berada di posisi kedua, hanya beda empat poin lebih besar dari Jakarta.

2. Sepuluh kota dengan kualitas udara terburuk

Polusi Udara di Jakarta memburuk. (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Berikut ini sepuluh kota di dunia dengan kualitas udara terburuk pagi ini:

1. Kinshasa, Kongo (178)

2. Kota Medan, Indonesia (166)

3. Jakarta, Indonesia (162)

4. Lahore Pakistan (134)

5. Manama Bahrain (129)

6. Hanoi, Vietnam (126)

7. Santiago, Cile (122)

8. Dubai, Uni Emirat Arab (122)

9. Delhi, India (119)

10. Karachi, Pakistan (98)

3. KLHK ungkap sumber polusi Jabodetabek

Polusi Udara di Jakarta memburuk. (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkap sejumlah sumber yang menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani, menuturkan bahwa penyebab pertama pencemaran udara ialah terkait emisi kendaraan pribadi maupun niaga.

"Hasil identifikasi kami seperti yang kami lihatkan di sistem kita, bahwa sumber pencemaran itu dari kendaraan bermotor, emisinya pribadi, niaga. Baik itu motor atau kendaraan roda empat atau lebih," kata Rasio saat ditemui di Kantor KLHK, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2024).

Kemudian, kata Rasio, penyebab kedua pencemaran udara ialah karena polusi dari industri. Salah satunya pabrik hingga pembangkit listrik tenaga uap yang berada di sekitar Jabodetabek.

"Kami melihat juga dari kegiatan usaha, industri, termasuk di dalamnya ada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap, kemudian juga pabrik semen, peleburan logam. Kemudian juga ada kegiatan lain yang menggunakan energi, khususnya dari batu-bara, boiler," tuturnya.

Faktor ketiga pencemaran udara juga dipengaruhi oleh pembakaran terbuka. Salah satunya, adanya pembakaran sampah yang dilakukan masyarakat hingga konstruksi proyek pembangunan.

"Kami melihat juga bahwa ini diakibatkan adanya pembakaran terbuka yang dilakukan oleh masyarakat, serta kegiatan konstruksi. Itu kan membuka lahan luas kemudian kalau mereka tidak mengelola, mengendalikan debu-debunya maka akan lepas kan," tutur Rasio.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us