Hunian Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Rampung 2 Bulan Lagi

- Menteri Koordinator PMK dan Kepala BNPB kunjungi posko pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
- Pemerintah sedang membangun hunian sementara untuk masyarakat yang tinggal di daerah rawan dan radius berbahaya.
- Hunian tetap disiapkan sambil menunggu, dengan pertimbangan kajian matang dan tanpa jauhkan warga dari sumber penghasilan.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia (Menko PMK) Pratikno dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Agus Suharyanto mengunjungi posko pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Pos Pengungsian Lewolaga.
Pratikno menyampaikan, sebuah tempat relokasi sedang disiapkan buat masyarakat yang tinggal di daerah rawan dan radius berbahaya. Ia menambahkan, BNPB mulai membangun hunian sementara.
“Di bawah kendali Kepala BNPB, sudah mulai dibangun hunian sementara (huntara), dalam waktu dua bulan ke depan huntara sudah jadi,” ucap Pratikno, dalam keterangan resmi, di Jakarta, Senin (25/11/2024).
1. Huntara disiapkan sambil ada hunian tetap

Pratikno mengatakan hunian sementara ini disiapkan pemerintah sambil menunggu rumah hunian tetap. Menurut dia, pembangunan hunian tetap memerlukan proses cukup matang.
Dia menjelaskan, pemerintah tidak mau membangun rumah hunian tetap tersebut tanpa didasari dengan kajian yang matang terlebih dahulu.
“Tidak hanya membangun rumah tapi membangun kehidupan oleh karena itu sisi sosial jadi pertimbangan penting, juga memikirkan sumber ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
2. Pemerintah tak mau jauhkan warga dari sumber ekonomi

Pratikno menyebut, pemerintah tidak ingin menjauhkan para pengungsi dari sumber penghasilan mereka, sehingga tidak memutus rantai ekonomi warga.
Pemerintah ingin pemindahan warga yang terdampak erupsi ini juga bisa meningkatkan kualitas hidup mereka.
“Kita jangan menjauhkan warga dari kebunnya, kalau bisa kebunnya lebih dekat dijangkau dari hunian tetap. Masih perdalam (dikaji) lagi, kita menjaga betul agar pindah ini justru meningkatkan kualitas hidup masayarakat,” tutur Pratikno.
3. Hunian tetap dibangun di kawasan hutan lindung-tanah adat

Sementara itu, Letjen TNI Suharyanto menjelaskan semua lokasi yang akan dijadikan hunian tetap masih dibahas. Lahan relokasi berasal dari bermacam-macam kepemilikan, mulai dari kawasan hutan lindung hingga hibah dari masyarakat dan adat.
Suharyanto menekankan, masyarakat juga menginginkan pemindahan ini dilakukan tanpa ada penolakan dari masyarakat di sekitar kawasan pembangunan hunian tetap.
“Lahan yang ada merupkan hutan lindung, tanah adat besok dalam proses mediasi, ada tanah yang sudah diserahkan pemilik. Sehingga harus jelas. Masyarakat mau relokasi terpusat (yang ditetapkan), tidak ada penolakan, sampai saat ini ada juga sebagian yang mau relokasi mandiri.” kata Suharyanto.
“Artinya masyarakat menyadari kalau tinggal di tempat yang lama (terdampak erupsi sebelumnya) itu bahaya, mungkin tidak sekarang namun akan berbahaya bagi keturunan anak dan cucu,” lanjutnya.