Ini Alasan Kenapa Kesetaraan Gender Bisa Kurangi Kemiskinan

Jakarta, IDN Times - Kesetaraan gender ternyata mampu berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan di dunia. Nyatanya lebih banyak perempuan yang hidup lebih miskin daripada laki-laki. United Nation (UN) Women atau entitas PBB yang bergerak di bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan mencatat, ada 10 persen perempuan di seluruh dunia terjebak dalam siklus kemiskinan.
“Dengan kemajuan yang dicapai saat ini, sebanyak 342 juta perempuan (8 persen) masih akan hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2030,” tulis UN Women, dikutip Selasa (19/3/2024).
UN Women menjelaskan, kemiskinan perempuan dipicu beberapa hal. Mulai dari adanya diskriminasi di dunia kerja, akses pada sumber daya dan aset keuangan yang terbatas, dan stereotip yang mengakar membatasi partisipasi perempuan pada pendidikan hingga masalah dalam pengambilan keputusan. Belum lagi perempuan dibebankan pada kerja perawatan yang tidak berbayar lebih besar dalam pekerjaan rumah atau ranah domestik.
“Kesetaraan gender merupakan katalis yang kuat untuk mengurangi kemiskinan dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan memastikan akses yang setara terhadap peluang dan pengambilan keputusan bagi semua orang, masyarakat dapat menciptakan perekonomian yang lebih sehat dan adil,” kata UN Women.
1. Upaya meningkatkan kepemimpinan yang feminis

UN Women mencatat, dari inisiatif dan program Koalisi Aksi Kesetaraan Generasi untuk Keadilan dan Hak Ekonomi, kesenjangan kemiskinan gender bisa diatasi. Pada 2022 koalisi ini memobilisasi 32 miliar dolar AS untuk inisiatif keadilan ekonomi dan hak asasi manusia.
Sebanyak lebih dari 440 program yang berupaya mengatasi ketidakadilan ekonomi dilakukan dengan 91 persen dari komitmen itu mendukung komunitas marginal, 75 persen membahas dinamika kekuasaan, dan 52 persen bertujuan meningkatkan kepemimpinan yang feminis.
2. Perlu ada inklusi ekonomi

Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan yang lebih tinggi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun menjamin pekerjaan perempuan saja disebut tak cukup. Perlu ada inklusi ekonomi yang bisa mengakses pekerjaan yang layak, upah yang setara dan perlindungan sosial yang kuat.
UN Women mencatat, hanya 61 persen perempuan usia kerja utama berada dalam angkatan kerja. Sedangkan laki-laki ada di angka 90,6 persen. Kemudian hampir 60 persen perempuan di seluruh dunia bekerja di perekonomian informal, angka yang melonjak hingga lebih dari 90 persen di negara-negara berpenghasilan rendah.
3. Investasi pada layanan perawatan seperti penitipan anak

Selain itu, perempuan menanggung beban terbesar dari sebagian besar pekerjaan perawatan dan rumah tangga yang tidak dibayar, dan menghabiskan 2,8 jam lebih banyak dibandingkan laki-laki untuk perawatan tidak berbayar.
Akibatnya, perempuan dan anak perempuan mempunyai lebih sedikit waktu dan kesempatan untuk mengakses pendidikan dan pekerjaan berbayar, atau untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.
Berinvestasi dalam layanan perawatan, seperti penyediaan tempat penitipan anak dan perawatan lansia, dapat menciptakan hampir 300 juta lapangan kerja.