Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jazilul: Secara Akal Sehat Mestinya Kasus Ferdy Sambo Gak Terjadi

Olah TKP kasus penembakan ajudan Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Kalibata. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi III DPR RI, Jazilul Fawaid, mengungkapkan kejanggalan dalam kasus baku tembak polisi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.

Menurut akal sehatnya, kejadian tersebut tidak semestinya terjadi. Salah satu kejanggalan yang jadi sorotan terkait sosok kedua belah pihak yang saling berseteru.

1. Menurut akal sehat tidak semestinya terjadi

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Jazilul mengatakan sesama anggota kepolisian seharusnya sudah terlatih secara fisik dan mental dalam menghadapi situasi. Kendati, dia meminta kepada semua pihak agar bersabar menunggu hasil penyidikan tim khusus Polri.

"Ya kita tunggu perkembangan sebenarnya apa yang terjadi, kalau menurut akal sehat saya semestinya tidak terjadi. Karena kan sama-sama polisi, mereka terlatih secara fisik, mental, untuk menjaga keadaan," ujar Jazilul saat ditemui usai menghadiri acara di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Selasa (12/7/2022).

"Saya gak tahu (sebenarnya apa yang terjadi), makanya kita tunggu saja apa sebenarnya yang terjadi sesungguhnya. Nanti pasti diungkap ke publik," sambugnnya.

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menegaskan kasus penembakan ini sesuatu yang seharusnya mustahil terjadi.

"Ya justru itu, menurut saya mustahil malah, makanya kenapa ini terjadi, saya tidak tahu ini apa yang di balik itu," kata Jazilul.

2. Seharusnya anggota polisi sudah dilatih menghadapi situasi dan tidak gegabah

ilustrasi pistol (IDN Times/Mardya Shakti)

Keanehan lainnya, kata Jazilul, aparat kepolisian semestinya bisa jadi penjaga keamanan bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, mereka sudah dilatih sedemikian rupa supaya tidak gegabah menggunakan senjata api.

Namun sebaliknya, kata Jazilul, ternyata senjata api tetaplah berbahaya meskipun dipegang orang terlatih dan aparat keamanan seperti polisi.

"Yang kedua aneh, terjadi di antara aparatur kepolisian semestinya menjadi penjaga keamanan dirinya, buat orang lain, keluarga, buat korps kepolisian. Jadi intinya megang senjata tetap berbahaya meskipun dipegang oleh polisi," tutur dia.

Lebih lanjut, Jazilul meyakini, Polri memiliki mekanisme tersendiri dalam mengusut tuntas kasus ini. Sehingga dia mengimbau masyarakat menunggu hasil penyidikan tim khusus yang menyelidiki kasus ini.

"Ya jadi pasti polisi mempunyai mekanisme untuk mengusut peristiwa ini, kita tunggu saja," ujar dia.

3. Brigadir J dibekali senjata HS-9

Kepolisian menggelar olah TKP terkait kasus polisi tembak polisi di kediaman Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (13/7/2022). (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sementara, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes, Budhi Herdi Susianto, mengatakan sopir pribadi istri Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, Brigadir J, memang dibekali senjata HS-9 dengan maksimal 16 peluru.

Budhi mengatakan, senjata tersebut didapati di lokasi kejadian perkara (TKP) di Kompleks Perumahan Polri, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat, 8 Juli 2022. Senjata tersebut, kata dia, memang dibekali Polri untuk anggota Pori sebagai senjata dinas.

“Senjata tersebut adalah senjata standar, senjata dinas milik Polri yang memang dibekali. Ajudan atau pun pengawal itu tugasnya mengamankan orang-orang yang dikawal. Tentunya untuk mengamankan karena Polri memang salah satu instrumennya ada senjata, ya dia dibekali senjata. Jadi memang ini sudah sesuai dengan SOP dan prosedur standar yang ada di kepolisian,” kata Budhi di Polres Jakarta Selatan, Selasa, 12 Juli 2022.

Sementara, Bharada E menggunakan senjata Glock 17 dengan maksimal 17 butir peluru. Setelah peristiwa, polisi menemukan sisa 12 peluru di dalam senjata api tersebut. Artinya, ada lima peluru yang dimuntahkan, sedangkan peluru yang tersisa di senjata Brigadir J ada sembilan butir.

“Artinya ada tujuh peluru yang ditembakan, dan ini sesuai apa yang ditemukan di TKP bahwa di dinding ada tujuh titik bekas tembakan. Dari lima tembakan yang dikeluarkan Bharada E, tadi disampaikan ada tujuh luka tembak masuk, dan enam luka tembak ke luar,” kata Budhi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us