Kemenag Bakal Buat 4 Ditjen Baru, Apa Saja?

- Kementerian Agama rencanakan 4 Ditjen baru: Kontra Radikalisme, Pendidikan Tinggi Keagamaan, Pendidikan Dasar & Menengah Keagamaan, dan PAUD.
- Kemenag kaji 3 model madrasah: kitab kuning, cendekiawan, kejuruan. Direktorat vokasi akan ditambah untuk memperkuat aspek kejuruan.
- Romo mendorong perguruan tinggi buka program studi manajemen pesantren dan industri halal. Tujuan mencetak generasi yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi'i, mengatakan Kementerian Agama memilki rencana untuk membuat Direktorat Jenderal (Ditjen) baru. Empat Ditjen baru itu yakni Ditjen Kontra Radikalisme, Ditjen Pendidikan Tinggi Keagamaan, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Keagamaan, dan Ditjen PAUD.
“Saya, bersama teman-teman dan staf ahli, serta para dirjen, memulai fokus ini. Kita membentuk Ditjen Kontra Radikalisme, Ditjen Pendidikan Tinggi Keagamaan, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Keagamaan, dan Ditjen PAUD,” ujar Romo dilansir dari laman resmi Kemenag, Selasa (29/2/2025).
1. Kemenag juga sedang mengkaji tiga model madrasah

Kemenag juga sedang mengkaji tiga model madrasah, yakni madrasah fokus kitab kuning, madrasah cendekiawan dan madrasah kejuruan.
"Kami juga berencana menambah satu direktorat khusus bidang vokasi untuk memperkuat aspek kejuruan," kata dia.
2. Ingin madrasah lebih modern tapi tidak meninggalkan kekhasannya

Menurutnya, Kemenag ingin membuat madrasah lebih modern tapi tidak meninggalkan kekhasannya. Romo mengatakan, madrasah kejuruan diharapkan bisa menyiapkan generasi yang siap masuk ke industri.
"Ini untuk menangkap peluang besar dari kebijakan presiden tentang badan pangan, badan energi, kinerja industrialisasi, dan lain-lain, yang akan membuka banyak lapangan kerja, terutama yang membutuhkan keahlian praktis,” ucap dia.
3. Kemenag juga dorong perguruan tinggi membuka program studi pesantren dan industri halal

Dalam kesempatan itu, Romo mendorong perguruan tinggi membuka program studi baru, yakni manajemen pesantren dan industri halal. Menurutnya, program studi industri halal perlu dibuat untuk mengembangkan ekosistem halal di Indonesia, meliputi makanan, obat-obatan, kosmetik, gaya hidup, hingga pariwisata halal.
"Semua yang terkait pendidikan agama, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, saya usahakan maksimal. Kita ingin mencetak generasi yang adaptif, berintegritas, dan relevan dengan kebutuhan zaman," ujar dia.