Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kota Bogor Punya Dua Calon Lokasi Pendidikan Barak Militer Anak Nakal

Dandim 0606 Kota Bogor Letkol Infrantri Dwi Agung Prihanto saat diwawancarai di kantornya, Jumat (9/5/2025). (Linna Susanti/IDN Times).
Intinya sih...
  • Dandim 0606 Kota Bogor, Letkol Inf. Dwi Agung Prihanto, menyebut dua tempat potensial untuk mendidik anak bermasalah di barak militer.
  • Perlu klarifikasi istilah "anak nakal" dalam perundang-undangan, dengan rapat terbatas membahas usulan dan anggaran pendidikan di barak militer.
  • Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa program ini akan tetap memberikan pelajaran formal seperti di sekolah asalnya.

Bogor, IDN Times - Dandim 0606 Kota Bogor, Letkol Inf. Dwi Agung Prihanto, mengungkapkan Kota Bogor telah menyiapkan dua tempat potensial untuk mendidik anak bermasalah di barak militer. 

"Lembaga pendidikan di sini ada Pusdiksi, ada juga satuan tempur, karena mereka memiliki fasilitas, khususnya barak, yang memungkinkan adalah Yonif 315 di Gunung Batu," ujarnya saat ditemui IDN Times di Kodim 0606 Kota Bogor, Jumat (9/5/2025). 

1. Masih rumuskan kriteria anak nakal

Anggota TNI merazia barang bawaan siswa sebelum memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Letkol Dwi Agung menegaskan bahwa istilah anak nakal masih perlu diperjelas. Ia menyebutkan dalam perundang-undangan yang ada adalah klasifikasi seperti "anak berhadapan dengan hukum" atau "anak yang melanggar aturan."

Oleh karena itu, kata Agung, telah ada rapat terbatas dengan Forkopimda Kota Bogor pada Selasa (6/5/2025) untuk mendiskusikan usulan dan merumuskan anggaran, termasuk kriteria anak nakal yang dimaksud untuk masuk ke barak militer. 

Pendidikan di barak militer yang dijalankan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat ini adalah anak-anak yang berinisiatif atau diserahkan orang tuanya sendiri karena sudah tidak sanggup mendidik. 

"Jadi kita juga tidak serta-merta anak ini dicomot, dididik, tidak. Contohnya ketika kita mengajak sebuah sekolah, atau beberapa sekolah untuk mengirimkan anak didiknya melaksanakan kegiatan pendidikan wawasan kebangsaan, atau bela negara. Saya yakin yang mereka kirim 100 persen bukan anak nakal," ujar Agung. 

"Nah harusnya yang laporan. (Orang tua pasrah, tidak bisa lagi mendidik), betul. Persentasenya kan kecil," imbuhnya.

2. Saran anggaran

Sejumlah siswa berjalan memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Agung menyebut, bahwa dalam rapat terbatas mengemuka juga tentang anggaran pendidikan di barak militer bagi siswa "nakal" di Kota Bogor. 

Di antaranya adalah melalui anggaran cadangan seperti untuk bencana alam yang bersifat ketika diperlukan bisa digunakan dari Pemerintah Kota Bogor. Atau skema bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Ini anggarannya masih belum tahu. Ada usulan seperti anggaran bencana. Tapi tidak tahu juga apakah ada dari Provinsi Jawa Barat," kata dia. 

3. Wali Kota Bogor: perlu juklak dan juknis dari Provinsi Jabar

Wali Kota Bogor Dedie Rachim saat diwawancarai di Balai Kota Bogor, Jumat (2/5/2025). (Linna Susanti/IDN Times).

Wali Kota Bogor Dedie Rachim menyatakan dukungannya terhadap program ini, namun meminta arahan yang lebih jelas dari Pemprov Jawa Barat. 

“Anak nakal itu gondrong misal, atau main game 12 jam, atau bawa celurit? Mana silakan kriterianya apa,” ujarnya. 

Ia juga meminta penjelasan soal keberlanjutan pendidikan formal seperti agama, matematika, dan IPS dalam program ini.

4. Program berlaku 6 bulan sampai setahun, tetap ada KBM dan guru sekolah

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa saat meninjau program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, menjelaskan bahwa siswa akan tetap mendapatkan pelajaran seperti di sekolah asalnya. 

"Tetap belajar seperti di sekolah. Nanti ada ruang kelasnya, ada guru dari sekolah asal untuk berkunjung," ucapnya. 

Program ini mulai dijalankan sejak 2 Mei 2025, dengan beberapa daerah di Jabar, termasuk Kota Bogor, sudah menyatakan kesiapan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us