Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makna dan Sejarah Kode 1312 yang Viral untuk Dukung Band Sukatani

Band Sukatani dalam aksi panggungnya dengan lagu Bayar Bayar Bayar. (YouTube/Sukatani)
Intinya sih...
  • Kode 1312 viral di platform X, dukung band punk Sukatani bersama tagar #KamiBersamaSukatani.
  • Kode 1312 merupakan kode numerik yang dibaca berdasarkan urutan abjad, ACAB = "All Cops Are Bastards" atau "Semua Polisi Adalah Bajingan".
  • Mayoritas cuitan di platform X berisi dukungan untuk band Sukatani, termasuk dari Yayasan LBH Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Kode angka 1312 mendadak viral di platform X. Kode ini menggema bersamaan dengan tagar dukungan #KamiBersamaSukatani. Warganet Indonesia ramai-ramai memberi dukungan untuk grup band punk asal Purbalingga, Sukatani.

Salah satu lagu Sukatani berjudul “Bayar Bayar Bayar” menjadi viral, setelah dua personelnya meminta maaf kepada kepolisian, dan dianggap warganet sebagai bentuk intimidasi. Alhasil, kode 1312 yang identik dengan bentuk protes pada kepolisian pun ikut menggema.

Lantas, apa makna kode 1312 dan sejarahnya? 

1. Makna kode angka 1312

Makna 1312 menurut Urban Dictionary (https://www.urbandictionary.com/)

Melansir Urban Dictionary, kode 1312 merupakan kode numerik yang dibaca berdasarkan urutan abjad, yakni A untuk 1, B untik 2, C untik 3. Sehingga secara alfabetik 1312 tertulis ACAB.

ACAB dituliskan merupakan singkatan dari “All Cops Are Bastards” dalam bahasa Inggris. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Semua Polisi Adalah Bajingan”.

Kode ini menjadi bentuk protes masyarakat terhadap tingkah laku polisi.

2. Tagar #KamiBersamaSukutani bergema di X

Tagar kami bersama sukatani jadi trending topic X (https://www.X.com)

Tagar #KamiBersamaSukutani juga bergema di platform X. Hingga Jumat (21/2/2025) pukul 11.30 WIB, tercatat lebih dari 188 ribu cuitan dengan tagar dukungan itu. Mayoritas cuitan berisi dukungan untuk band Sukatani, baik dari seniman maupun warganet umum. Salah satu cuitan dukungan datang dari Yayasan LBH Indonesia.

“Solidaritas #kamibersamasukatani dari seluruh keluarga besar LBH-YLBHI. Negara seharusnya menjamin kebebasan berekspresi dan berpendapat. Bukan membatasi dan membredel karya seni-apalagi-yang mengkritik pejabat. Mari terus nyalakan solidaritas,” tulis YLBHI dalam cuitannya.

3. Sejarah penggunaan kode 1312 di Amerika hingga Eropa

Penampilan band Sukatani (Instagram.com/sukatani.band)

Mengutip laman GQ, akronim ACAB telah digunakan dalam gerakan protes di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, mulai dari grafiti, papan tanda, hingga pakaian. Anak-anak muda membuat video tentang hal itu. Kode-kode itu juga muncul di gedung-gedung kota.

Kode 1312 sebagai bentuk protes pada polisi dan dinamika kekuasaan antara suatu negara dan warganya. Asal usul pasti istilah ini tidak diketahui, tetapi istilah ini muncul di Inggris pada paruh pertama abad ke-20 oleh kaum buruh.

“Semua Polisi adalah Bajingan” pertama kali disingkat menjadi ACAB oleh pekerja yang melakukan pemogokan pada 1940-an. James Poulter di Vice menemukan beberapa rekaman video dari 1958 yang memperlihatkan beberapa pemuda yang menyanyikan kalimat tersebut di jalan.

Namun ACAB benar-benar mendapatkan makna modernnya pada 1970, ketika Daily Mirror memuat frasa tersebut sebagai berita utama. Cerita yang menyertainya menjelaskan polisi telah menangkap seorang remaja yang menyulam kalimat tersebut di jaketnya.

Remaja tersebut mengira ACAB adalah singkatan dari “Semua Warga Kanada adalah Gelandangan” hingga ia akhirnya didenda. Alhasil, berita tersebut menjadi buah bibir anak-anak muda saat itu. ACAB akhirnya kerap menjadi bahasa sehari-hari gerakan punk.

Dalam musik punk, ACAB menemukan rumah spiritualnya. Gerakan punk membawa ACAB ke seluruh dunia, dan menjadi semboyan bagi gerakan anarkis dan anti-otoriter dari New York hingga Indonesia. Sarana utamanya melalaui lagu-lagu mereka. Contoh yang paling terkenal adalah lagu “ACAB” oleh band London the 4-Skins.

Dalam setengah abad sejak berita utama Daily Mirror, ACAB kerap menjadi simbol untuk mewujudkan ide-ide dengan nuansa dan intensitas yang bervariasi, mulai dari ekspresi pemberontakan yang biasa-biasa saja, hingga pemikiran anarkis yang bernuansa ideologi punk skinhead di Jerman.

Meskipun gerakan ini muncul entah dari mana, ACAB kadang-kadang hadir dalam gerakan kebrutalan anti-polisi Amerika yang lebih luas pada masa lalu. Pada 2018, misalnya, grafiti muncul di papan reklame di Portland, Oregon yang menarik perhatian terhadap kebrutalan polisi dan mendukung Black Lives Matter.

Di satu sisi, ACAB adalah semboyan yang mudah dan merupakan ekspresi solidaritas anti-otoriter yang efektif. Di Complex, Kevin L. Clark menunjukkan ACAB, yang sering digunakan pengunjuk rasa kulit putih, menjadi bentuk sentimen yang “salah arah” dan menyebabkan kekerasan polisi yang lebih besar.

ACAB kini menjadi simbol atau singkatan kebencian, namun makna ACAB harus dinilai dengan hati-hati dalam konteks kemunculannya. ACAB juga mencapai puncak popularitas baru, bukan hanya anarko-punk dan skinhead yang menggunakannya lagi, seperti video TikTok berlabel #acab yang telah ditonton lebih dari setengah miliar kali.

Beberapa aktivis telah mengusulkan merevisi akronim tersebut menjadi “Semua Polisi Itu Jahat” yang tidak terlalu menyinggung. Namun pembelaan terbaik terhadap ACAB mungkin datang dari kaum anarkis, yang telah menyebarkan ACAB selama beberapa dekade. Seperti yang dikatakan sebuah kelompok, "tidak semua polisi itu bajingan, tapi semua polisi itu dibatasi"—secara institusional terjebak dalam sistem yang pada dasarnya menindas.

Terlepas dari itu, ACAB terus menjadi tren dan apakah orang menggunakan akronim punk rock atau tidak, protes terhadap kebrutalan polisi semakin keras. Istilah ini mungkin tidak memiliki arti yang konsisten bagi semua orang yang menggunakannya, namun sentimen mendasarnya adalah penyalahgunaan wewenang tidak dapat diterima.

4. Polemik lagu viral band punk Sukatani

Ilustrasi hukum (IDN Times/Mardya Shakti)

Peristiwa bermula dari salah satu rekaman penampilan langsung Band Sukatani viral di media sosial. Dari potongan video yang disertakan di video permintaan maaf oleh Sukatani, video yang viral adalah penampilannya di acara Supermusic United Day 8 yang digelar di Lapangan Pussenif PPI, Bandung, pada 26 Januari 2025.

Dalam cuplikan video, tampak Sukatani membawakan lagu "Bayar Bayar Bayar" yang liriknya sarat kritikan untuk anggota polisi nakal. Usai viral dan timbul polemik, dua personel Sukatani memutuskan mengunggah video permintaan maaf.

Selain meminta maaf pada institusi Polri dan masyarakat, dua personel yang dikenal dengan nama panggung Twister Angel dan Alectroguy itu juga akan menarik peredaran lagu mereka. Mereka mengimbau kepada warganet yang menggunakan lagu tersebut di video warganet, agar menghapusnya, karena mereka tidak bertanggung jawab jika kelak ada masalah hukum.

“Melalui pernyataan ini, saya telah mencabut dan menarik lagu ciptaan kami yang berjudul 'Bayar Bayar Bayar.' Dengan ini saya mengimbau kepada semua pengguna akun media sosial yang telah memiliki lagu kami agar menghapus dan menarik semua video yang menggunakan lagu kami," kata Alectroguy pada video permintaan maaf yang diunggah Kamis (20/2/2025).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Margith Juita Damanik
Rochmanudin Wijaya
Margith Juita Damanik
EditorMargith Juita Damanik
Follow Us