Mendikti Saintek Dorong Integrasi AI Demi Efisiensi dan Layanan Pendidikan

- Targetkan AI dan coding di 50 ribu sekolah pada 2028
- Dukung kolaborasi dalam BRICS untuk hadapi tantangan global
Jakarta, IDN Times – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikiti Saintek), Brian Yuliarto, menekankan pentingnya urgensi integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam bidang pendidikan dan mendorong negara-negara BRICS untuk membahas isu ini secara mendalam.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam forum 12th BRICS Education Ministers Meeting, yang diselenggarakan di Brasilia, Brasil, beberapa waktu lalu.
"Integrasi AI dalam pendidikan bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, meningkatkan efisiensi para pendidik, serta memperluas aksesibilitas layanan pendidikan," ujar Brian dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, dikutip dari ANTARA, Minggu (8/6/2025).
Brian menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 50 juta siswa, 3,3 juta guru, serta 430 ribu sekolah, memandang pentingnya pemanfaatan AI untuk meningkatkan pembelajaran.
1. Targetkan AI dan coding di 50 ribu sekolah pada 2028

Menurut dia, Indonesia telah merealisasikan komitmen tersebut melalui berbagai langkah nyata, seperti penyediaan teknologi digital di sekolah-sekolah hingga meluncurkan platform pembelajaran nasional berbasis AI yang dinamakan “Superapp Rumah Pendidikan.”
Platform tersebut dirancang untuk memberikan layanan pendidikan yang terkurasi dan bersifat lebih personal bagi siswa, guru, serta sekolah.
"Kami menargetkan 50 persen dari lebih 100 ribu sekolah di seluruh nusantara akan mengajarkan AI dan coding pada tahun 2028," kata Brian.
2. Dukung kolaborasi dalam BRICS untuk hadapi tantangan global

Dalam lingkup pendidikan tinggi, Brian menegaskan, Indonesia mendukung inisiatif pembentukan ruang kolaborasi antara seluruh negara anggota BRICS di bidang pendidikan tinggi.
"Kami percaya bahwa ini penting untuk memenuhi kebutuhan pasar talenta global yang semakin mobile dan kompetitif," ujar dia.
Brian juga menekankan pentingnya kerja sama lintas negara dalam menghadapi tantangan di era digital.
"Kami mendorong kolaborasi antar negara, khususnya dalam konteks BRICS, untuk berbagi praktik terbaik dan mendorong tata kelola yang bertanggung jawab dalam memanfaatkan potensi AI di bidang pendidikan," kata dia.
3. Penerapan AI harus bijak dan sesuai etika

Dalam pertemuan tersebut, Mendikiti Saintek bersama para ketua delegasi negara-negara BRICS sepakat bahwa penerapan AI harus dilakukan secara bijak dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika, inklusivitas, sensitivitas, serta perspektif yang fokus pada manusia.
Sebagai Ketua BRICS 2025, Brasil menetapkan empat isu utama di bidang pendidikan yang menjadi fokus bahasan. Keempat isu tersebut mencakup, AI untuk pendidikan dasar, penguatan aliansi kerja sama pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan (TVET), asesmen dan pengakuan bersama dalam mendorong pendidikan lintas batas, dan perluasan jaringan universitas di lingkup BRICS.