Mengenang 20 Tahun Kematian Jurnalis Ersa Siregar saat Disandera GAM

Jakarta, IDN Times - Hari ini persis 20 tahun meninggalnya jurnalis Ersa Siregar yang tertembak saat ditawan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh. Persisnya terjadi pada 29 Desember 2003.
Saat itu, Ersa tengah bertugas meliput GAM di Aceh untuk tempatnya bekerja di stasiun televisi RCTI. Hingga kini, kasus kematian Ersa belum tuntas.
Berikut kisah singkat peristiwa kematian jurnalis Ersa Siregar dikutip dari berbagai sumber.
1. Ersa dan juru kameranya sempat dinyatakan hilang

Sebelum ditemukan meninggal dunia, Ersa bersama juru kameranya, Fery Santoro dilaporkan hilang di Kuala Langsa, Aceh Timur, yang dikenal sebagai markas GAM.
Lima hari kemudian, mobil yang ditumpangi Ersa dan rekan-rekannya ditemukan di Langsa. Berbulan-bulan Ersa ditawan kelompok GAM.
Pada 29 Desember 2003, Ersa ditemukan meninggal dunia dalam baku tembak di Aceh Timur, persisnya di Kuala Maniham, Simpang Ulim.
2. Ersa terkena peluru TNI

Kisah kematian jurnalis bernama lengkap Sori Ersa Siregar itu seperti dalam buku yang ditulis Ferry Santoro berjudul, Antara Hidup dan Mati, 325 Hari Bersama GAM, dan Mati Karena Berita dari Aliansi Jurnalis Independen, keduanya disandera GAM selama kurang lebih enam bulan pada pertengah 2003.
Ersa tewas saat pasukan GAM membebaskan mereka, mengantarnya ke daerah penjemputan, pada 29 Desember 2003, yang ternyata diketahui TNI, sehingga terjadi kontak senjata. Dalam baku tembak di Sungai Malehen, Simpang Ulim, Aceh Timur itu, Ersa tewas terkena peluru TNI, sementara Ferry Santoro selamat.
Panglima GAM Wilayah Pereulak, Aceh Timur Ishak Daod menyetujui pembebasan dengan syarat gencatan senjata selama dua hari di lokasi pembebasan tawanan. Tapi TNI tak setuju. Mereka meminta para tawanan diletakkan di satu tempat, lalu dijemput. Sementara GAM bersikeras untuk menyerahkan langsung.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat saat itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu mengakui Ersa Siregar tewas karena peluru TNI. Satu peluru tembus di leher dan satu lainnya menembus dada.
3. Ersa pernah bekerja di TVRI

Sebagai jurnalis, Ersa pernah bekerja di sejumlah media. Di antaranya, pernah bekerja di TVRI sebagai pembaca berita program Dunia Dalam Berita (1978-1993).
Ersa juga pernah bekerja di media cetak, di antaranya bekerja di majalah Suasana dan Keluarga.
Di RCTI, Ersa mulai berkarier sebagai produser, koordinator daerah, hingga koordinator liputan.