Pakar: Pimpinan Baru KPK Seperti Kucing Tak Bertaji, Takut pada Tikus

- Feri Amsari kritisi lima pimpinan baru KPK yang memiliki rekam jejak bermasalah dalam pemberantasan korupsi.
- Johanis Tanak mengusulkan agar KPK menghapus Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan dinilai tidak memahami cara kerja untuk memberantas rasuah.
- Setyo Budiyanto, Ketua KPK baru, diharapkan mundur dari kepolisian untuk menghindari konflik kepentingan. Transparency International Indonesia menilai pimpinan KPK terpilih belum bisa menjawab tantangan memiliki integritas yang baik.
Jakarta, IDN Times - Peneliti dari PoshDem Universitas Andalas, Feri Amsari mengkritisi lima pimpinan baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dipilih pada 21 November 2024 lalu. Sebab, kelimanya memiliki rekam jejak bermasalah dalam pemberantasan rasuah.
Salah satunya adalah Johanis Tanak pernah diduga menjalani komunikasi dengan pihak berperkara. Dalam proses uji kepatutan dan kelayakan pada pekan lalu, Tanak pun mengusulkan agar KPK menghapus Operasi Tangkap Tangan (OTT).
Feri tegas menyebut calon pimpinan komisi antirasuah yang terpilih tak ubahnya seperti kucing yang tak memiliki taji. Kucing-kucing itu justru takut kepada mangsanya yakni tikus. Tikus sendiri kerap diidentikkan sebagai koruptor lantaran menggerogoti uang rakyat.
"Ini kan kucing-kucing bermasalah yang dipilih oleh tikus. Sehingga, yang dipilih adalah kucing-kucing yang tak bertaji, kucing yang takut dengan tikus. Itu sebabnya ke depan, bila kita ingin berkembang, tidak boleh institusi yang memiliki potensi korupsi lebih besar memilih pimpinan lembaga antikorupsi," ujar Feri ketika dihubungi pada Minggu (24/11/2024).
1. Lima pimpinan baru KPK dianggap tak paham konsep pemberantasan korupsi

Lebih lanjut, Feri menyebut lima pimpinan baru KPK dianggap tak memahami cara kerja untuk memberantas rasuah. Sebab, Johanis Tanak yang berniat meniadakan OTT, malah ikut dipilih melanjutkan tugasnya di komisi antirasuah.
"Bagaimana mungkin, orang yang akan menghapus penindakan atau OTT di dalam lembaga antirasuah malah tetap dipilih? Dari nama lembaganya saja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dari nama lengkap institusinya saja, sudah terdapat unsur penindakan," kata pemeran di film dokumenter 'Dirty Vote' itu.
Maka, ia menilai pola pikir dan cara kerja anggota DPR sangat aneh ketika malah memilih figur bermasalah. Bahkan, saat proses uji kepatutan dan kelayakan, Johanis Tanak mendapatkan tepuk tangan meriah dari anggota Komisi III DPR ketika ia menjanjikan tak akan ada lagi OTT di KPK.
2. Kelima pimpinan KPK terpilih dinilai punya rekam jejak buruk

Feri juga menyentil anggota Komisi III DPR yang melakukan uji kepatutan dan kelayakan kepada calon pimpinan KPK. Sebab, salah satu 'pasien' komisi antirasuah merupakan anggota parlemen. Sehingga, rekam jejaknya dianggap Feri belum tentu bersih dari korupsi.
"Apakah patut DPR melakukan fit and proper test kepada lembaga penegakan hukum, khususnya pemberantasan korupsi? Apakah mereka sendiri fit dan proper dalam isu pemberantasan korupsi? Apakah itu ilmiah?" tanya Feri.
Di sisi lain, Feri mewanti-wanti seharusnya anggota DPR mencurigai semua calon pimpinan komisi antirasuah yang memiliki rekam jejak buruk. Sebab, calon pimpinan itu bisa saja malah bakal melindungi para tersangka kasus korupsi.
"Kelima-limanya tidak memiliki rekam jejak yang luar biasa dalam isu pemberantasan korupsi," tutur dia.
3. TII sarankan Setyo Budiyanto mundur dari Polri

Sementara, Transparency International Indonesia (TII) mendorong agar Komjen (Pol) Setyo Budiyanto mundur dari kepolisian setelah terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk periode 2024-2029. Sebab, bisa terhindar dari konflik kepentingan.
"Sebagai polisi aktif, supaya bisa terhindar dari konflik kepentingan, maka Setyo harus mundur dari kepolisian," ujar peneliti TII, Agus Sarwono kepada media pada 21 November 2024 lalu.
Seperti diketahui, Setyo merupakan jenderal polisi bintang 3 aktif dengan penugasan terakhir sebagai Irjen Kementerian Pertanian (Kementan).
Lulusan Akpol sempat 1989 itu sempat menjadi direktur penyidikan KPK di bawah kepimpinan Firli Bahuri. Agus juga menyoroti pimpinan KPK yang terpilih hari ini lewat jalur voting. Sebab, lima pimpinan komisi antirasuah yang terpilih dinilai belum bisa menjawab tantangan memiliki integritas yang baik.
"Kami sangat kecewa dengan keputusan dari Komisi III. Kami menilai pimpinan KPK yang lolos saat ini belum bisa menjawab kebutuhan KPK saat ini, di mana secara kelembagaan KPK membutuhkan pimpinan yang benar-benar punya integritas yang baik," katanya.
Berikut daftar pimpinan KPK yang terpilih periode 2024-2029:
- Setyo Budiyanto (ketua)
- Fitroh Rohcahyanto
- Ibnu Basuki Widodo
- Johanis Tanak
- Agus Joko Pramono