Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Peringatan BMKG: Waspada NTT, Ada Potensi Bibit Siklon di Laut Timor

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan dampak cuaca tidak langsung di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu terkait pantauan Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), mengenai potensi adanya bibit Siklon Tropis yang tumbuh di wilayah laut Timor dan Arafura.

"Mengidentifikasi adanya peningkatan potensi pembentukan pola sirkulasi siklonan atau pola pusaran angin, yang dapat meningkat menjadi suspect area potensi bibit Siklon Tropis di sekitar perbatasan di wilayah laut Timor dan Arafura, atau sekitar perairan selatan Kepulauan Tanimbar," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/12/2021).

1. Potensi munculnya bibit siklon bergerak ke Australia

Ilustrasi - Ruang pengamatan cuaca BMKG (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Rita menjelaskan, dalam dua hari ke depan, suspect area potensi bibit siklon itu cenderung bergerek ke arah selatan hingga barat daya menuju wilayah Australia.

"Dalam 72 jam ke depan, suspect area diperkirakan akan menguat cukup signifikan, terutama di hari Sabtu dan Minggu," katanya.

Penguatan itu ditandai dengan kecepatan angin di atas 25 knot atau lebih dari 35 km per jam.

2. Muncul dampak cuaca tak langsung

Ilustrasi awan Cumulonimbus (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Lebih lanjut, Rita menerangkan, dengan adanya potensi bibit siklon, muncul dampak cuaca tak langsung di wilayah Indonesia, khususnya di sekitar Nusa Tenggara Timur.

Berikut dampak cuaca tak langsungnya:

- Potensi hujan sedang hingga lebat di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
- Potensi angin kencang di Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
- Potensi tinggi gelombang 1.25 – 2.5 meter (Moderate Sea) di Laut Seram, Perairan Kaimana, Perairan Kep.Aru, Perairan Kep. Sermata hingga Tanimbar, Perairan Amamapare - Agats bagian utara, dan Laut Arafura
- Potensi tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter (Rough Sea) di Laut Flores bagian timur, Perairan selatan Baubau - Kep.Wakatobi, Laut Banda, Perairan selatan P.Buru - P. Seram, Perairan Kep.Kai, dan Perairan Fakfak.

2. Siklon Tropis Rai sudah punah

Kepala Pusat Metereologi Publik Fachri Radjab (IDN Times/Auriga)

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Rajab mengatakan, hilangnya Siklon Tropis Rai membuat musim hujan di Indonesia semakin nyata.

"Siklon Rai yang ada di utara sudah punah. Kalau di utara agak beda memang, ketika siklon punah kondisi musim hujan kita akan lebih kentara lagi," ujar Fachri.

Fachri menjelaskan, penyebab musim hujan semakin nyata saat Siklon Tropis Rai punah, karena siklon yang ada di utara Indonesia biasanya menutup udara basah.

"Siklon yang ada di utara itu seperti blocking, menghambat arus udara dari utara yang masuk ke Indonesia, jadi wilayah selatan seperti Jawa ketika ada siklon di utara, itu asupan udara basahnya terhalang dengan adanya siklon itu," ucapnya.

"Jadi kalau kita kan Siklon Tropis itu sebagai gangguan tropis, mengganggu kenormalan, di satu sisi menghasilkan hujan tapi di sisi yg lain itu ngeblok udara basah," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafi'an
EditorMuhammad Ilman Nafi'an
Follow Us